KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehinnga dapat
menyelesaikan tugas makalah Geografi.
Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Geografi
pada semester genap tahun 2014-2015. Dalam makalah ini diuraikan tentang
Pengaruh industri terhadap pemanasan global, mencakup tentang dampak, dan cara
Menaggulangi pengaruh pemanasan Globalisasi.
Penyusun
menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak
kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua kearah
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Guru
Mata Pelajaran Geografi atas bimbingannya,
dan juga kepada rekan-rekan yang terlibat didalamnya, sehingga makalah ini bisa
tersusun.
Akhirnya
penyusun berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri ataupun
semua pihak yang memerlukan.
Tuban,
21 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.................................................................................................
03
1.2 Identifikasi Masalah
...........................................................................................03
1.3 Perumusan Masalah
..........................................................................................
04
1.4 Tujuan Penulisan
..............................................................................................
04
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................
05
BAB II ISI
2.1 Pengertian Pemanasan
Global ..........................................................................
06
2.2 Penyebab Utama Pemanasan
Global ............................................................... 06
2.3 Dampak Pemanasan Global
.............................................................................
08
2.4 Cara Mengatasi Pemanasan Global
................................................................. 13
2.5 Pengembangan Energi Terbarukan
.................................................................. 15
2.6 Program kelola lingkungan
..............................................................................
16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
......................................................................................................
19
3.2 Saran
................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semenjak
manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah
mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah
kita kenal dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum,
neolitikum. Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama
perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan
agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha
menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan
untuk menjaga kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan
manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan
manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia
agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan
manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini
menghasilkan dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi
industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam
kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di
sekitar manusia itu sendiri.
Ekspansi
usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan
pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan
mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan
namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan
lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya. Para ahli
lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan
dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah
berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia
dan sering disebut sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming
sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa
pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang diciptakan untuk
membatasi laju perkembangan perindustrian. Walaupun masih terdapat perdebatan
mengenai kebenaran keadaan Global Warming di antara para ahli lingkungan
tersebut, namun masalah Global Warming ini tidaklah dapat dipungkiri untuk
diteliti dan ditelaah lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan manusia.
Untuk itu,
Karya Tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran
mengenai masalah pemanasan Global ini dengan berdasarkan studi literature dari
berbagai sumber yang terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang
dilakukan pun akan ditinjau dari sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang
kontra. Dalam Karya Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat
keberadaan masalah pemanasan Global ini.
1.2 Identifikasi
Masalah
Timbulnya
masalah pemanasan Global yang merupakan masalah lingkungan ini, telah
menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam hubungannya dengan sebab, keberadaan
dan efek atau dampak yang diakibatkan dari pemanasan Global tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pemanasan Global ini dapat diuraikan
seperti dalam beberapa poin berikut :
1. Apakah
pemanasan Global selalu memberi dampak buruk?
2. Apakah
penyebab terbesar dari terjadinya Global Warning adalah emisi manusia dari “KEGIATAN
INDUSTRI” ?
3. Apakah
pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan,
pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yang ekstrim?
4. Apakah
emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan
penyebab
terbesar dari perubahan cuaca?
Pemanasan
Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Tanpa
adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di bumi
yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah.
Pemanasan Global telah meningkatkan suhu bumi Fahrenheit. Namun,
pemanasansampai suhu rata-ratanya mencapai Global Warning menjadi permasalahan
yang masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam
atmosfir mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini
menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?
1.3 Perumusan
Masalah
Dimulai dari
jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah
meningkat hampir sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali
lipat, dan konsentrasi NO2 berkurang sekitar 15 %.
Peningkatan gas-gas ini menyebabkan kemampuan atmosfer untuk menahan panas
menjadi lebih besar. Sulfat aerosol, yaitu polutan udara yang umum ditemui,
mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan kembali radiasi cahaya dari matahari
ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini mempunyai siklus umur yang pendek di
atmosfer. Mengapa konsentrasi gas efek
rumah kaca dapat meningkat?
Para ilmuwan
berasumsi bahwa pembakaran dari bahan bakar fosil dan beberapa aktifitas
manusia yang memicu dan menjadi penyebab utama meningkatnya konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer. Respirasi dari tanaman dan proses dekomposisi bahan
organic melepaskan karbon diokasida sepuluh kali lebih banyak dari yang mampu
dihasilkan oleh aktifitas manusia, tetapi selama berabad-abad pelepasan karbon
diokasida ini diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh vegetasi
terestial dan laut.
Yang
menyebabkan keseimbangan ini terganggu adalah adanya pelepasan tambahan yang
disebabkan oleh aktifitas manusia. Bahan bakar fosil dibakar sebagai sumber
energi untuk menggerakkan hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya
kegiatan agricultural, penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat
pembuangan, produksi industri, dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan
bagian yang cukup signifikan.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknologi, peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknologi, peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.
1.4 Tujuan
Penulisan
Tujuan
secara umum penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
manakah pemanasan Global ini telah terjadi dan apa penyebab pastinya. Semua ini
masih merupakan tanda tanya bagi manusia. Karena sampai sekarang manusia belum
mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global ini dan manusia juga mau
mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang akan dialami oleh manusia
sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya. Jika pemanasan Global
ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh manusia saja
tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di
permukaan bumi menyebabkan kekeringan. Dengan demikian akibat dari kekeringan
ini selain dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan
menjadi layu karena kekurangan air dan sebagainya. Oleh karena itu melalui
penulisan dari penelitian ini diharapkan agar manusia dapat lebih mencegah
aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti mengadakan
kegiatan rumah kaca, pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di
permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat
yang dapat kita peroleh dari penelitian pemanasan Global
ini adal ah :
Untuk
mengetahui secara jelas apakah itu pemanasan Global
Untuk
mengetahui penyebab terjadinya pemanasan Global
Untuk
mengetahui dampak secara umum yang akan dialami oleh manusia sendiri maupun makhluk hidup dan lingkungan di
sekitarnya
Untuk
mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari
pemanasan Global
Untuk
dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia
Untuk
dapat mencegah lebih lanjut pemanasan Global tersebut
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global adalah adanya proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer , laut , dan
daratan Bumi . Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia” melalui efek rumah kaca . Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh
setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional
dari negara-negara G8 . Akan tetapi, masih terdapat
beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC
menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan
oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di
masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun
sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya
intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi . Akibat-akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser , dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan
adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan,
dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan
bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi
perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang
harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau
untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar
pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto , yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca.
2.2 Penyebab Utama Pemanasan Global
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal
dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang
pendek, termasuk cahaya tampak . Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan
menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya
jumlah gas rumah kaca antara lain uap air , karbondioksida, dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut
akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca . Dengan semakin meningkatnya konsentrasi
gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah
kaca (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut
telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
Pemanasan
global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas
rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan
manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama
adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara,
minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat
dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan
oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan
ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang
dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan,
asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring
banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2,
kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti
bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara
bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia
bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara
maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras
habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk
pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air,
khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan
dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil
dan energi nuklir.
Negara Amerika Serikat
ternyata penyumbang emisi gas rumah kaca (Carbon Dioksida/CO2) yang
mempengaruhi langsung komposisi atmosfer sehingga terjadinya perubahan iklim
dan pemanasan global. Urutan kedua ditempati negara Uni Soviet, disusul
Cina, Brazil, India, Jepang, sedangkan Indonesia berada pada urutan
ketujuh. Gas emisi C02 sangat mempengaruhi perubahan iklim bumi. Dengan
semakin meningkatnya CO2 maka bumi akan semakin panas. Aktivitas manusia
dalam pembangunan sering menggunakan energi yang bersumber dari fosil dan
energi lain yang menghasilkan gas emisi rumah kaca.
Perubahan iklim penyebab pemanasan global tidak hanya disebabkan emisi C02
tapi bisa disebabkan penggunaan energi transpotasi dan industri serta
perambahan hutan. Untuk dunia penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar berasal
dari sektor transpotasi dan industri. Pada dasarnya pemanasan global bisa
dikurangi jika penggunaan fosil dan energi lainnya dikurangi
sebanyaknya-banyaknya. Pengurangan tersebut menyebabkan kondisi suhu bumi
akan semakin baik atau laju peningkatan perubahan iklim bisa diperlambat.
Gas Emisi CO2
Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca, sedangkan
SOx dan NOx merupakan polutan yang bilamana terhirup manusia dalam jumlah yang
banyak maka bisa membahayakan kesehatan manusia. Selain itu gas SOx dan NOx
bilamana teroksidasi dan larut dalam tetes-tetes awan dapat menjadikan hujan
menjadi hujan asam, yang mana hujan asam ini berdampak buruk terhadap
lingkungan.
Data yang digunakan adalah data tahun 1992 sampai 2002
berupa jumlah penduduk, GDP, serta emisi CO2, NOx dan SOx sebagai hasil
perhitungan emisi akibat pemakaian energi yang dilakukan oleh Pengkajian Energi
Universitas Indonesia. Sedangkan jumlah penduduk, GDP, emisi CO2, NOx dan SOx
dari tahun 2003 sampai 2020 adalah merupakan hasil model INOSYD (Indonesia
Energy Outlook by System Dynamic). Sebagai kesimpulan diperoleh bahwa emisi gas
CO2 yang terbesar berasal dari pembangkit listrik kemudian diikuti oleh sektor
industri, emisi gas NOx yang terbesar berasal dari sektor transportasi, emisi
gas SOx terbesar berasal dari sektor rumah tangga, baik emisi NOx per kapita
maupun emisi SOx per kapita dari tahun ke tahun cenderung naik, umumnya emisi
gas NOx per kapitanya lebih besar dari pada gas SOx, emisi gas NOx per GDP-nya
umumnya lebih besar dari pada gas SOx, namun keduanya berfluktuasi, emisi gas
CO2 per kapita cenderung meningkat, tetapi emisi CO2 per GDP berfluktuasi
PADA prinsipnya, gas C02 sangat bermanfaat dalam
menopang kehidupan bumi. Di atmosfer, keberadaan gas CO2 merupakan bahan
fotosintesis tumbuhan hijau dan sifat rumah kacanya menjaga kesetimbangan suhu
bumi. Banyak proses industri dalam ruang tertutup menggunakan gas CO2.
Konsentrasi yang semakin meningkat di atmosfer menyebabkan kekhawatiran akan
pemanasan global yang semakin tinggi. Dalam proses pembentukan CO2, banyak
senyawa lain yang ikut dihasilkan dan perubahan fisik yang terjadi. Senyawa
selain CO2 dan perubahan fisik inilah sebenarnya yang berpotensi lebih
berbahaya dibandingkan dengan C02-nya sendiri.
Senyawa dan perubahan fisik apa saja yang menyertai
pelepasan CO2 ke atmosfer tergantung pada sumber dan prosesnya. Untuk
mengetahui hal itu harus dikaji setiap sumber atau aktivitas yang menghasilkan
CO2. Sumber utama CO2 adalah pembakaran bahan bakar fosil yang menyumbang
sekitar 74 persen dari emisi total. Sumber CO2 kedua adalah deforestasi, baik
melalui proses pembusukan maupun pembakaran menyumbang 23 persen. Sisanya,
kurang dari 4 persen berasal dari industri, terutama industri semen, oksidasi
CO di troposfer, dan proses alamiah lainnya.
Proses pembakaran bahan bakar fosil dan pembakaran
biomasa hutan hampir sama. Unsur utama bahan bakar, baik bahan bakar fosil
maupun biomasa adalah karbon. Ketika terbakar sempurna, unsur karbon tersebut
menjadi CO2. Besarnya tingkat kesempurnaan pembakaran biasa disebut combustion
efficiency (efisiensi pembakaran). Pada intinya, combustion efficiency
meningkat jika pasokan oksigen selama proses pembakaran berlangsung
tercukupi.Combustion efficiency bahan bakar fase gas paling tinggi, dan
fasepadat paling rendah. Efisiensi pembakaran bahan bakar gas rata-rata 99.5
persen, bahan bakar minyak paling tinggi 99 persen jika kondisi pembakaran
bagus. Batu bara dan biomasa dalam kondisi kering paling tinggi 98 persen, jika
kayu dalam kondisi basah atau tidak ada aliran udara ke dalam sistem pembakaran
yang memadai maka koefisien pembakaran hanya 85 persen.
Unsur karbon yang terbakar tidak sempurna terbentuk
menjadi senyawa gas monoksida (CO), hidrokarbon (HC), terutama metan (CH4), dan
partikulat (asap, abu, jelaga). Gas CO2 adalah produk pembakaran yang paling
kecil dampak-negatifnya terhadap lingkungan. Gas CO2 hanya bersifat rumah kaca
dengan nilai GWP sangat kecil dibandingkan dengan CH4 yang merupakan produk lain
dari pembakaran karbon. Gas CO bersifat polutan yang membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian, demikian juga hidrokarbon. Partikulat karbon
merupakan polutan yang berdampak buruk pada kesehatan mata dan pernapasan,
terutama jika ukurannya kurang dari 10 m karena partikulat berpotensi masuk ke
sistem peredaran darah.
Di troposfer, hidrokarbon melalui rekasi yang rumit
akan terbentuk menjadi CH4 dan CH4 menjadi CO dan selanjutnya menjadi CO2. Jadi
untuk meminimalkan dampak negatif di udara, karbon dalam bahan bakar terbakar
menjadi CO2. Oleh karena itu, diantara bahan bakar yang paling kecil dampak
negatifnya terhadap lingkungan atmosfer adalah bahan bakar gas. Semakin ke
bentuk padat, semakin banyak unsur karbon yang terbentuk menjadi selain CO2
yang jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan CO2.
Pengalihan penggunaan minyak tanah ke gas sangat baik
untuk memperbaiki lingkungan udara karena gas memiliki efisiensi pembakaran
paling tinggi, hampir 100 persen, maka hanya sedikit sekali unsur karbon yang
terbentuk menjadi CO ataupun hidrokarbon dan partikulat. Gas juga tidak ada
unsur sulfur yang akan membentuk polutan SO2.
Akibat pembakaran bahan bakar, bukan hanya senyawa CO,
hidrokarbon, dan partikulat karbon saja yang menyertainya. Pada pembakaran
bensin untuk kendaraan bermotor ada partikulat timbal. Unsur sulfur dalam
solar, batu bara, dan biota menjadi sumber SO2 yang mengganggu sistem
pernapasan dan iritasi mata, dan juga sistem transportasi karena berkurang
jarak pandang.
Panas yang tinggi pada proses pembakaran menjadi sumber
NOx (NO dan NO2). Unsur nitrogen dalam biomasa terbakar menjadi senyawa
nitrogen yang berbahaya juga seperti NOx, NH3, dan N2O. Bahan bakar solar, batu
bara, dan biomasa mengandung sulfur yang apabila dibakar membentuk senyawa
SO2.Dampak senyawa selain CO2 sangat kompleks dibandingkan dengan CO2. NOx dan
karbon monoksida (CO) merupakan precursor ozon (O3) di atmosfer bawah. Ozon
pada atmosfer bawah, selain bersifat polutan juga merupakan gas rumah kaca.
SO2, NH3, dan NOx berdampak pada pembentukan hujan asam.
Debu partikel selain menyebabkan iritasi mata dan
gangguan penglihatan karena berkurang jarak pandang, partikulat dengan ukuran
kurang dari 10 m dapat masuk ke dalam sistem pernapasan dan akhirnya ikut dalam
peredaran darah. Tentunya hal itu sangat berbahaya. Jika partikulat itu timbal
yang masih ada dalam bensin kita, maka akan menyebabkan gangguan ginjal dan
menurunkan kecerdasan anak. Bahkan timbal ini terakumulasi dalam darah sehingga
anak yang dikandung atau disusui oleh ibu yang tercemar timbal akan berisiko
ber-IQ rendah.
Deforestasi yang dituding menyumbang 23 persen emisi
CO2, memiliki dampak negatif lain yang seharusnya mendapat perhatian. Dampak
pertama dari deforestasi adalah berkurangnya keanekaragaman hayati,
berkurangnya kesuburan tanah, siklus hidrologi terganggu sehingga berdampak
pada bencana banjir dan tanah longsor saat musim hujan dan kekeringan saat
musim kemarau. Perubahan lahan akibat deforestasi juga berdampak pada kenaikan
suhu udara yang dikenal sebagai urban heat island.
Oleh karena itu, kegiatan reduksi emisi CO2 dalam
tujuan menekan pemanasan global mempunyai tujuan ekologis lain yang lebih besar
nilainya. Kalau penanganan pemanasan global hanya sekadar menekan CO2,
sebenarnya masalah pemanasan global bukan hanya CO2 saja yang menjadi
penyebabnya tetapi senyawa lain yang menyertai terbentuknya CO2, dan dampaknya
sudah sangat terasakan dalam merusak lingkungan serta mengganggu kesehatan.
Manfaatkan Sumber Energi dari Alam :
·
Gunakan
tenaga surya untuk rumah dan pemanas air.
·
Gunakan
sinar matahari untuk mengeringkan pakaian Anda.
·
Gunakan
pencahayaan dari sinar matahari secara optimal, bukannya mengandalkan lampu
listrik.
·
Buka
jendela, agar angin dapat berhembus masuk untuk menyejukkan dan menyegarkan
ruangan di rumah anda, daripada menggunakan penyejuk udara buatan yang boros
listrik seperti AC.
·
Jika tetap
menggunakan AC, jangan lupa bersihkan AC secara teratur, akan menghemat listrik.
·
Jangan lupa
setel ‘timer’ pada AC agar berhenti pada saat sebelum fajar.
·
Exhaust fan
juga bisa digunakan untuk membantu pertukaran udara segar di dalam ruang, jika
sirkulasi angin belum maksimal.
·
Jika ingin,
membangun rumah tinggal jangan lupa memanfaatkan sirkulasi udara angin dan
cahaya alamiah dari matahari secara optimal. Pada Negara yang sudah sangat
peduli Bumi, seperti Swedia, Denmark dan juga Jepang, pemakaian listrik sudah
mulai memanfaatkan tenaga kincir angin dan panel surya, mudah-mudahan di
Indonesia bisa segera diterapkan juga, mengingat listrik dari PLN pun sekarang
belum bisa menjangkau seluruh peloksok daerah terutama daerah
terpencil. Sumber energi alam lain yang bisa dimanfaatkan adalah
tenaga air (mikrohidro) dan panas bumi (geothermal). Kesemuanya ini merupakan
sumber energi alam yang ramah lingkungan.
·
Gunakan juga
kaca berwarna hijau untuk mengurangi panas di rumah Anda.
2.4 Cara Mengatasi Pemanasan Global
REUSE (Gunakan Kembali) Dan lain-lainnya :
·
Gunakan
keramik atau gelas cangkir kopi bukan cangkir sekali pakai seperti yang terbuat
dari plastic dan Styrofoam.
·
Gunakan
kembali kantong plastik dan wadah penyimpan barang lainnya.
·
Gunakan
kertas bekas surat dan amplopnya, kalender bekas, untuk kertas corat-coret atau
catatan keperluan sehari-hari.
·
Gunakan
kembali kertas HVS yang baru dipakai 1 muka menjadi 2 muka atau bolak-balik.
·
Gunakan kain
serbet, sapu tangan yang bisa digunakan kembali daripada kertas tissue dan
kertas pembersih sekali pakai lainnya.
·
Gunakan
‘reusable’ piring, botol minum dan alat makan yang bukan sekali pakai.
·
Gunakan
wadah yang dapat digunakan kembali untuk menyimpan makanan,
bukannya aluminium foil dan bahan plastik lainnya.
·
Reuse
kemasan dari bahan karton untuk pengiriman barang.
·
Gunakan
kembali koran lama untuk membungkus dan ‘mengepak’ barang.
·
Berbelanja
ke toko dengan tas kanvas daripada menggunakan tas kertas dan kantong
plastik.
·
Simpan
gantungan kawat dan mengembalikan atau menggunakannya kembali ketika ke binatu.
·
Mengecat
dengan kuas dan rol yang bisa dipakai lagi daripada menggunakan cat semprot
yang mengeluarkan emisi berbahaya.
REDUCE ( Berhemat ) Dan lain-lainnya :
·
Hemat
penggunaan kertas dan tissue karena terbuat dari kayu yang harus ditebang dari
pohon di hutan, sedangkan hutan dibutuhkan untuk menetralisir emisi CO2 di
udara.
·
Memelihara,
merawat dan memperbaiki barang-barang yang kita miliki dan sudah digunakan
daripada sering membeli baru.
·
Hanya
membeli perangkat mebel. yang benar-benar digunakan.
·
Beli dan
gunakan baterai ‘rechargeable’ untuk perangkat yang sering digunakan.
·
Prioritaskan
membeli produk yang berlabel ramah lingkungan.
·
Beli dan
makan sayuran organik, pasti lebih menyehatkan dan ramah lingkungan.
·
Beli
produk-produk buatan lokal untuk mengurangi buangan emisi dari
transportasi.
·
Beli
makanan/minuman, sayuran/buah-buahan lokal, karena lebih murah dan lebih
terjamin kesegarannya.
·
Beli produk
yang bisa didaur ulang atau terbuat dari bahan daur ulang.
·
Hindari
produk dengan beberapa lapis kemasan, jika hanya satu juga cukup.
·
Dengan kata
lain jika memungkinkan beli produk dalam jumlah grosir yang lebih murah dan
hemat kemasan daripada beli eceran yang lebih mahal dan butuh banyak kemasan.
Contoh pembelian sabun cuci ukuran 1 kg, lebih baik dari pada ukuran sachet
kecil.
·
Hindari
membeli produk makanan yang dikemas dalam plastik atau wadah styrofoam karena
tidak dapat didaur ulang.
·
Hindari atau
kurangi juga pemakaian peralatan makan/minum seperti sendok/garpu dan sedotan
minuman yang terbuat dari plastik.
·
Hindari
‘fast food’ karena jenis makanan ini merupakan penghasil sampah terbesar di
dunia, selain itu juga kurang baik terhadap kesehatan.
·
Minimalkan
penggunaan pestisida.
·
Hindari
penggunaan ‘racun tikus’ dari bahan kimia, jika ingin membunuh atau mengusir
tikus, tapi gunakan jebakan tikus tradisional dengan umpan ikan asin misalnya.
·
Berhenti menggunakan
semprotan aerosol untuk mengurangi CFC yang akan mengganggu lapisan Ozon Bumi.
·
Kurangi
penggunaan bahan kimia saat membersihkan semua sudut rumah.
·
Jangan
membeli produk yang dibuat dari hewan langka.
·
Mengurangi
konsumsi daging (flexitarian) atau bila memungkinkan jadilah vegetarian.
RECYCLE ( Daur Ulang ) Dan lain-lainnya :
·
Gunakan
pakaian yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
·
Gunakan tas
daur ulang untuk menyelamatkan lingkungan.
·
Recycle
segalanya: koran, botol dan kaleng, plastik, kulit, kaca dan aluminium serta
bahan anorganik lainnya.
·
Bagi Anda
yang suka berkreasi manfaatkan sampah non organik untuk didaur ulang menjadi
produk kerajinan tangan yang indah.
·
Kumpulkan
sampah dan buang di tempat yang sesuai dengan peruntukkannya, jika memungkinkan
pisahkan yang organik dan non organik. Sampah organik bisa dimanfaatkan untuk
pupuk kompos sedangkan yang non organik bisa diolah kembali menjadi barang yang
memberikan manfaat, daripada dibuang sembarangan misalnya ke sungai, danau dan
laut terutama yang terbuat dari plastik sungguh akan merusak lingkungan, karena
bahan plastik yang asal mulanya dibuat dari minyak bumi ini, baru bisa terurai
minimal setelah mencapai waktu 200 tahun ! Oleh karenanya, jangan buang sampah
an organik secara sembarangan, karena bisa mencemari lingkungan.
·
Barang
plastik bekas seperti: ember, kemasan cat dinding, botol bekas minuman dan
lainnya bisa dipakai ulang atau dikreasikan menjadi pot tanaman yang indah.
·
Jika tidak
mau menggunakannya kembali, segera sumbangkan atau berikan kepada orang lain
atau organisasi yang mau menampung dan mengolah sampah anorganik ini.
·
Demikian
pula pakaian bekas layak pakai dan peralatan rumah tangga yang sudah tidak
digunakan atau didaur ulang sebaiknya disumbangkan kepada yang mau menerima dan
memanfaatkannya lagi.
·
Jangan
biasakan membuang-buang makanan walau sedikit pun karena sisa-sisa makanan
dapat mengeluarkan gas metana di tempat terbuka seperti TPA sampah.
Kompos sisa sayuran, kulit buah dsb. dari dapur Anda.
Kompos sisa sayuran, kulit buah dsb. dari dapur Anda.
·
Mulai olah
sampah organik menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
·
Kompos daun
kering dan sampah, atau bawa ke sebuah tempat pendaur
ulang
sampah.
Hijaukan Lingkungan ( Go Green ) Dan yang lainnya:
Ayo mulai
tanam pohon di halaman rumah (Go Green). Pohon-pohon yang kita tanam di
halaman rumah sekecil apa pun halamannya, sudah pasti akan berperan untuk
menetralisir CO2 di udara sekaligus menyegarkan dan menyehatkan kita. Jadi
jangan ragu untuk mulai menanam pohon dan terus tambah koleksi tanaman di
halaman rumah. Mau tanaman hias, bunga, buah atau apotik hidup, sayuran dan
bumbu dapur tidak masalah. Dan jika sebagian besar warga bumi melakukannya,
akan memberikan manfaat yang sangat signifikan untuk mereduksi CO2 di udara dan
pada akhirnya pemanasan global pun dapat diredam.
Gunakan pupuk organik untuk menyuburkan tanaman, atau pupuk kompos yang bisa kita buat sendiri, lebih hemat dan ramah lingkungan.
Gunakan pupuk organik untuk menyuburkan tanaman, atau pupuk kompos yang bisa kita buat sendiri, lebih hemat dan ramah lingkungan.
2.5 Pengembangan Energi Terbarukan
Salah satu aspek penting untuk menciptakan industri
semen berkelanjutan adalah ketersediaan energi dan kelangsungan pasokannya. PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa terus
mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan melalui pemakaian biomassa sebagai
bahan bakar alternatif untuk mensubstitusi penggunaan batubara, dan secara
bertahap berupaya mengurangi pemakaian energi listrik. Setiap tahun perusahaan
selalu meningkatkan penggunaan biomass sebagai bahan bakar alternatif untuk
mengurangi pemakaian batubara. Jenis biomass yang digunakan sebagai bahan bakar
alternatif adalah sekam padi, serbuk gergaji, serbuk kelapa (cocopeat)
dan limbah tembakau. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penggunaan
biomassa sebagai bahan bakar alternatif untuk empat unit pabrik semen di Tuban,
secara bertahap dapat ditingkatkan menjadi 3% dari kebutuhan bahan bakar
batubara rata-rata 2.000 ton per hari. Pemakaian biomass sekaligus dapat
mengurangi emisi gas CO2hingga 15.034 ton eqCO2 setiap tahunnya.
Sumber lain bahan bakar alternatif adalah sampah
perkotaan yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat. PT Semen Indonesia
bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Gresik dan Pemerintah Kabupaten Tuban
untuk pemanfaatan sampah perkotaan sebagai bahan bakar alternatif yakni refuse derived fuel (RDF). Untuk merealisasikannya
perusahaan menggandeng Japan
Fero Engineering (JFE) dan New Energi Foundation(NEF)
sebagai mitra kerja. Potensi sampah perkotaan yang dapat dimanfaatkan mencapai
300 ton perhari dan mulai diterapkan seiring beroperasinya Pabrik Tuban
IV.
PT Semen Tonasa mengembangkan pemanfaatan sorgun
sebagai bahan bakar nabati. Perusahaan bekerjasama dengan PTPN XIV melakukan
penanaman sorgum pada lahan seluas 1,9 hektar. Secara bertahap luas penanaman
sorgum akan ditingkatkan hingga 20 di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan dan
sekitarnya. Pemanfaatan sorgum diharapkan dapat menggantikan pemakaian
batubara, sehingga akan menekan biaya produksi hingga 50% sekaligus mereduksi
emisi CO2.
Sejak 25 Februari 2011, pelaksanaan CDM di Pabrik Tuban
dan Pabrik Tonasa telah terintegrsi di United
Nations Frame Work Convention on Climate Change (UNFCCC). Selanjutnya dilakukan
tahapan verifikasiCertified Emmission Reduction (CER) pada akhir tahun 2013. Emisi
dihitung dengan besarnya ekuivalen substitusi emisi gas karbon (CO2)
yang dikompensasi melalui mekanisme perdagangan karbon kredit (carbon
credit trading). Potensi penerimaan melalui transaksi Reduksi Emisi
Tersertifikasi atau Certified
Emission Reduction (CER)
pada tahun 2011-2012 mencapai 60.000 CER, dengan nilai 1 CER setara 1-5 Euro.
2.6 Program Kelola Lingkungan
Perseroan melaksanakan berbagai kegiatan Program Kelola
Lingkungan dalam upaya pencegahan pencemaran dan polusi, serta membangun”Budaya
Produksi Hijau” dalam
pengoperasian pabrik melalui kegiatan:
-
|
Pengendalian Pencemaran Air
|
|
Untuk mencegah pencemaran air akibat
terbawanya zat pencemar oleh air hujan, Perseroan melakukan upaya pencegahan
melalui: pembuatan slabing beton, pembuatan saluran air, dan pengoperasian
oil trap, diikuti pemantauan kualitas air secara periodik, baik oleh internal
Perseroan maupun oleh laboratorium independen.
|
-
|
Pengendalian Pencemaran Udara
|
|
Dalam upaya pencegahan pencemaran
udara, seluruh fasilitas produksi yang dimiliki Perseroan dilengkapi dengan
peralatan penangkap debu seperti Electrostatic Precipitator(EP), cyclone,
conditioning tower, dan bag house filter.Selain penggunaan peralatan yang
memadai, Perseroan menyediakan buffer zone, melakukan penanaman pohon pada
area green belt di sekitar lahan bahanbaku dan green barrier di dalam dan
sekitar pabrik yang berfungsi untuk mengurangi pencemaran udara.
|
Program Konservasi Sumber daya
Perseroan juga memberi perhatian pada upaya efisiensi
pemanfaatan sumber daya alam dan energi untuk menjaga kelangsungan dan
ketersediaannya. Oleh sebab itu, Perseroan melakukan langkah konservasi sumber
daya, melalui program sebagai berikut:
1. Efisiensi Energi
Dalam rangka pengamanan energi, Perseroan melakukan program efisiensi energi melalui upaya-upaya:
Dalam rangka pengamanan energi, Perseroan melakukan program efisiensi energi melalui upaya-upaya:
-
|
Pemanfaatan BBMA (Bahan Bakar dan
Material Alternatif) dari produk samping industri lain dan limbah pertanian
sebagai pengganti bahan yang berasal dari alam. Energi alternatif sebagai
bahan bakar yang digunakan misalnya oil sludge dan biomass dari sekam padi,
cocopeat, sisa tembakau dan lain-lain. Sampai dengan tahun 2012 realisasi
pemanfaatan BBMA mencapai 5% dari total pemakaian energi.
|
-
|
Melakukan audit dan pengelolaan energi
dalam upaya efisiensi energi listrik dan energi panas. Langkah ini
ditindaklanjuti dengan :
|
|
a. Melakukan peningkatan unjuk kerja peralatan dan pengendalian operasi
pabrik dalam rangka penghematan energi.
|
|
b. Meningkatkan kapasitas produksi dan
mengoptimalkan pengendalian operasi, sehingga index biaya bahan bakar/ton
produk menjadi lebih kecil.
|
2. Pengelolaan limbah B3 dan non-B3
Pengelolaan limbah B3 dan non-B3 dilakukan dengan
cermat dan hati-hati, dengan selalu mengutamakan aspek pemenuhan terhadap
peraturan perundangan. Upaya co-processing lebih diutamakan untuk menjamin
bahwa limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali kedalam proses produksi
sesuai dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), sebagai berikut:
-
|
Memanfaatkan oli bekas untuk pelumasan
peralatan pabrik.
|
-
|
Memanfaatkan majun dan kaos tangan
yang terkontaminasi dengan oli/minyak untuk bahan bakar alternatif.
|
-
|
Melakukan recycle tumpahan material
reject untuk dikembalikan ke proses produksi. Di samping pengelolaan limbah
internal, Perseroan juga melakukan pemanfaatan limbah dari industri lain
sebagai bahan baku dan bahan bakar alternatif dengan metode co-processing.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu memberikan solusi bagi upaya penanganan
limbah industri dengan aman dan ramah lingkungan.
|
3. Konservasi Air
Pengelolaan konservasi air dilakukan melalui upaya pemanfaatan
air hujan dan air buangan pabrik untuk digunakan kembali (recycle) sebagai air
proses dalam rangka efisiensi penggunaan air. Pengelolaan juga dilakukan
melalui kegiatan pemeliharaan dan inspeksi saluran distribusi air (perpipaan,
valve, dll) secara kontinyu, yang salah satu manfaatnya untuk air bersih dan
pengairan area persawahan milik masyarakat sekitar.
4. Keanekaragaman Hayati
Perlindungan keanekaragaman dilakukan melalui upaya
reklamasi lahan pascapenambangan dan penghijauan.
·
Reklamasi
lahan pascapenambangan Kegiatan reklamasi lahan pascapenambangan dilakukan
sesuai dengan dokumen AMDAL-UKL/ UPL. Beberapa kegiatan reklamasi yang telah
dilakukan oleh Perseroan meliputi:
·
Pemanfaatan
bekas lahan tambang tanah sebagai waduk penampungan air, perikanan ,dan sarana
hiburan.
·
Pemanfaatan
bekas tambang untuk kegiatan pertanian, perumahan, perkantoran, industri dan
sebagai tempat usaha.
·
Revegetasi
sebagian bekas bekas lahan tambang dengan melakukan penanaman tanaman pelindung
dan tanaman produktif.
Pada tahun 2012 Perseroan berhasil melakukan reklamasi lahan tambang
batu kapur seluas 20 ha dengan jumlah tanaman sebanyak 43.000 batang pohon yang
proses pelaksanaannya dimulai sejak 2011.
·
Penghijauan
Perseroan melakukan upaya penghijauan secara terencana dan kontinyu,
dengan serangkaian kegiatan meliputi:
- Penghijauan Green Belt dan Green Barrier dikelola dengan pola kemitraan bersama warga sekitar Perseroan.
- Penanaman pohon di tepian jalan raya antara Gresik-Lamongan-Sedayu –Tuban sepanjang sekitar 150 km.
- Pengembangan Mangrove Center di pantai Tuban berupa penanaman bibit pohon mangrove.
- Penghijauan Green Belt dan Green Barrier dikelola dengan pola kemitraan bersama warga sekitar Perseroan.
- Penanaman pohon di tepian jalan raya antara Gresik-Lamongan-Sedayu –Tuban sepanjang sekitar 150 km.
- Pengembangan Mangrove Center di pantai Tuban berupa penanaman bibit pohon mangrove.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemanasan Global telah menjadi permasalahan yang
menjadi sorotan utama manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh
perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk
mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir
mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi,
namun kita bisa mengurangi efeknya. Penanggulangan hal ini adalah kesadaran
kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan
kecintaan terhadap bumi ini maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah
menimpa bumi ini.
3.2 Saran
Kehidupan
berawal dari kehidupan di bumi ini jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari
itu untuk menjaga dan melestarikan bumi harus beberapa dekade kah kita
memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar
kita menjaga serta melestarikannya. Marilah kita bergotong royong untuk
menyelamatkan bumi yang telah memberi kita kehidupan yang sempurna ini. STOP GLOBAL WARMING!
Merubah gaya
hidup anda dapat dimulai dari rumah tangga. Pemerhati lingkungan, menyatakan
bahwa salah satu caraberadaptasi dengan pemanasan global di rumah adalah
mengurangi pengeluaran energi. Mematikan alat elektronik yang tidak terpakai
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan. Mulailah dari hal sederhana
seperti mencabut charger Handphone setelah selesai dipakai, mematikan layar
komputer saat tidak dipakai, matikan lampu yang tidak dipakai, dan menyalakan
AC hanya jika dibutuhkan.
Cara Lain
yang dapat dilakukan adalah menggunakan bola lampu yang lebih efisien. Jika
setiap rumah tangga mengganti salah satu bolah lampu menggunakan bahan yang
lebih cinta lingkungan maka dapat mencegah 90 milliar pn CO2 masuk ke atmosfer.
Hal ini sama seperti mengurangi 6,3 juta mobil di jalanan.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment