Wednesday, 7 October 2015

Makalah Pemanasan Global

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehinnga dapat menyelesaikan tugas makalah Geografi.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Geografi pada semester genap tahun 2014-2015. Dalam makalah ini diuraikan tentang Pengaruh industri terhadap pemanasan global, mencakup tentang dampak, dan cara Menaggulangi pengaruh pemanasan Globalisasi.
Penyusun menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua kearah kesempurnaan makalah ini.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Guru Mata Pelajaran Geografi  atas bimbingannya, dan juga kepada rekan-rekan yang terlibat didalamnya, sehingga makalah ini bisa tersusun.
Akhirnya penyusun berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri ataupun semua pihak yang memerlukan.

Tuban, 21 April 2015

Penyusun






















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 03
1.2 Identifikasi Masalah ...........................................................................................03
1.3 Perumusan Masalah .......................................................................................... 04
1.4 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 04
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 05
BAB II ISI
2.1 Pengertian Pemanasan Global .......................................................................... 06
2.2 Penyebab Utama Pemanasan Global ............................................................... 06
2.3 Dampak Pemanasan Global ............................................................................. 08
2.4 Cara Mengatasi Pemanasan Global ................................................................. 13
2.5 Pengembangan Energi Terbarukan .................................................................. 15
2.6 Program kelola lingkungan .............................................................................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................ 19


DAFTAR PUSTAKA
















BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang, manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal dengan berbagai jaman seperti jaman  meolitikum, neolitikum. Peradaban manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia pula. Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada bidang perindustrian. Dengan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak, baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri.
Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia dan kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang diciptakan untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Walaupun masih terdapat perdebatan mengenai kebenaran keadaan Global Warming di antara para ahli lingkungan tersebut, namun masalah Global Warming ini tidaklah dapat dipungkiri untuk diteliti dan ditelaah lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan manusia.
Untuk itu, Karya Tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan menjelaskan kebenaran mengenai masalah pemanasan Global ini dengan berdasarkan studi literature dari berbagai sumber yang terpercaya dan kompeten. Pembahasan dan penjelasan yang dilakukan pun akan ditinjau dari sudut pandang pihak yang pro dan pihak yang kontra. Dalam Karya Tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah pemanasan Global ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Timbulnya masalah pemanasan Global yang merupakan masalah lingkungan ini, telah menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam hubungannya dengan sebab, keberadaan dan efek atau dampak yang diakibatkan dari pemanasan Global tersebut. Pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pemanasan Global ini dapat diuraikan seperti dalam beberapa poin berikut :
1.   Apakah pemanasan Global selalu memberi dampak buruk?
2.   Apakah penyebab terbesar dari terjadinya Global Warning adalah emisi manusia dari “KEGIATAN INDUSTRI” ?
3.   Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yang ekstrim?
4.   Apakah emisi karbon dioksida yang berasal dari pembakaran fosil merupakan
penyebab terbesar dari perubahan cuaca?
Pemanasan Global ini mengakibatkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Tanpa adanya pemanasan Global, tidak akan ada kehidupan di dunia, karena suhu di bumi yang rendah dan manusia tidak akan bisa hidup dalam kondisi suhu yang rendah. Pemanasan Global telah meningkatkan suhu bumi  Fahrenheit. Namun, pemanasansampai suhu rata-ratanya mencapai  Global Warning menjadi permasalahan yang masih menjadi perdebatan ketika konsentrasi gas efek rumah kaca dalam atmosfir mengalami peningkatan. Akankah kondisi peningkatan konsentrasi gas ini menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian lebih?

1.3 Perumusan Masalah

Dimulai dari jaman revolusi industri, konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer telah meningkat hampir sebesar 30 %, konsentrasi gas metan meningkat hampir dua kali lipat, dan konsentrasi NO berkurang sekitar 15 %. Peningkatan gas-gas ini menyebabkan kemampuan atmosfer untuk menahan panas menjadi lebih besar. Sulfat aerosol, yaitu polutan udara yang umum ditemui, mendinginkan atmosfer dengan merefleksikan kembali radiasi cahaya dari matahari ke luar angkasa. Tetapi senyawa sulfat ini mempunyai siklus umur yang pendek di atmosfer. Mengapa konsentrasi gas efek rumah kaca dapat meningkat?
Para ilmuwan berasumsi bahwa pembakaran dari bahan bakar fosil dan beberapa aktifitas manusia yang memicu dan menjadi penyebab utama meningkatnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Respirasi dari tanaman dan proses dekomposisi bahan organic melepaskan karbon diokasida sepuluh kali lebih banyak dari yang mampu dihasilkan oleh aktifitas manusia, tetapi selama berabad-abad pelepasan karbon diokasida ini diimbangi dengan penyerapan karbon dioksida oleh vegetasi terestial dan laut.
Yang menyebabkan keseimbangan ini terganggu adalah adanya pelepasan tambahan yang disebabkan oleh aktifitas manusia. Bahan bakar fosil dibakar sebagai sumber energi untuk menggerakkan hampir seluruh peralatan manusia. Meningkatnya kegiatan agricultural, penggundulan hutan, dibukanya area kosong sebagai tempat pembuangan, produksi industri, dan pertambangan juga meningkatkan emisi dengan bagian yang cukup signifikan.
Untuk meramalkan tingkat emisi yang akan terjadi di masa depan merupakan suatu tugas yang sulit, karena hal itu bergantung kepada keadaan demografi, ekonomi, teknologi, peraturan dan perkembangan institusi. Beberapa peramalan telah dilakukan, dan hasilnya memproyeksikan bahwa pada tahun 2100, konsentrasi karbon dioksida akan meningkat sebesar 30% hingga 150% dari jumlah sekarang.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan secara umum penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh manakah pemanasan Global ini telah terjadi dan apa penyebab pastinya. Semua ini masih merupakan tanda tanya bagi manusia. Karena sampai sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global ini dan manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang akan dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya. Jika pemanasan Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh manusia saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di permukaan bumi menyebabkan kekeringan. Dengan demikian akibat dari kekeringan ini selain dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu karena kekurangan air dan sebagainya. Oleh karena itu melalui penulisan dari penelitian ini diharapkan agar manusia dapat lebih mencegah aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti mengadakan kegiatan rumah kaca, pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lain-lain.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari penelitian pemanasan Global
ini adal            ah :
      Untuk mengetahui secara jelas apakah itu pemanasan Global
      Untuk mengetahui penyebab terjadinya pemanasan Global
      Untuk mengetahui dampak secara umum yang akan dialami oleh manusia sendiri   maupun makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya
      Untuk mengetahui efek yang akan dialami apabila terjadi perubahan iklim akibat dari pemanasan Global
      Untuk dapat mengetahui apa yang dapat dilakukan oleh manusia
      Untuk dapat mencegah lebih lanjut pemanasan Global tersebut






























BAB II
ISI


2.1 Pengertian Pemanasan Global

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu  rata-rata atmosfer , laut , dan daratan Bumi . Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change  (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca  akibat aktivitas manusia” melalui efek rumah kaca . Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8 . Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi . Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser , dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekwensi-konsekwensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto , yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

2.2 Penyebab Utama Pemanasan Global

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak . Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah  gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca  antara lain uap air , karbondioksida, dan metana  yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi  terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca . Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dengan efek rumah kaca  (tanpanya suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi). Akan tetapi sebaliknya, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.
Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Negara Amerika Serikat ternyata penyumbang emisi gas rumah kaca (Carbon Dioksida/CO2) yang  mempengaruhi langsung komposisi atmosfer sehingga terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global.  Urutan kedua ditempati negara Uni Soviet, disusul Cina, Brazil, India, Jepang, sedangkan Indonesia berada pada urutan ketujuh.  Gas emisi C02 sangat mempengaruhi perubahan iklim bumi. Dengan semakin meningkatnya CO2 maka bumi akan semakin panas.  Aktivitas manusia dalam pembangunan sering menggunakan energi yang bersumber dari fosil dan energi lain yang menghasilkan gas emisi rumah kaca.
Perubahan iklim penyebab pemanasan global tidak hanya disebabkan emisi C02 tapi bisa disebabkan penggunaan energi transpotasi dan industri serta perambahan hutan. Untuk dunia penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar berasal dari sektor transpotasi dan industri.  Pada dasarnya pemanasan global bisa dikurangi jika penggunaan fosil dan energi lainnya dikurangi sebanyaknya-banyaknya.  Pengurangan tersebut menyebabkan kondisi suhu bumi akan semakin baik atau laju peningkatan perubahan iklim bisa diperlambat.
Gas Emisi CO2
Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca, sedangkan SOx dan NOx merupakan polutan yang bilamana terhirup manusia dalam jumlah yang banyak maka bisa membahayakan kesehatan manusia. Selain itu gas SOx dan NOx bilamana teroksidasi dan larut dalam tetes-tetes awan dapat menjadikan hujan menjadi hujan asam, yang mana hujan asam ini berdampak buruk terhadap lingkungan.
Data yang digunakan adalah data tahun 1992 sampai 2002 berupa jumlah penduduk, GDP, serta emisi CO2, NOx dan SOx sebagai hasil perhitungan emisi akibat pemakaian energi yang dilakukan oleh Pengkajian Energi Universitas Indonesia. Sedangkan jumlah penduduk, GDP, emisi CO2, NOx dan SOx dari tahun 2003 sampai 2020 adalah merupakan hasil model INOSYD (Indonesia Energy Outlook by System Dynamic). Sebagai kesimpulan diperoleh bahwa emisi gas CO2 yang terbesar berasal dari pembangkit listrik kemudian diikuti oleh sektor industri, emisi gas NOx yang terbesar berasal dari sektor transportasi, emisi gas SOx terbesar berasal dari sektor rumah tangga, baik emisi NOx per kapita maupun emisi SOx per kapita dari tahun ke tahun cenderung naik, umumnya emisi gas NOx per kapitanya lebih besar dari pada gas SOx, emisi gas NOx per GDP-nya umumnya lebih besar dari pada gas SOx, namun keduanya berfluktuasi, emisi gas CO2 per kapita cenderung meningkat, tetapi emisi CO2 per GDP berfluktuasi
PADA prinsipnya, gas C02 sangat bermanfaat dalam menopang kehidupan bumi. Di atmosfer, keberadaan gas CO2 merupakan bahan fotosintesis tumbuhan hijau dan sifat rumah kacanya menjaga kesetimbangan suhu bumi. Banyak proses industri dalam ruang tertutup menggunakan gas CO2. Konsentrasi yang semakin meningkat di atmosfer menyebabkan kekhawatiran akan pemanasan global yang semakin tinggi. Dalam proses pembentukan CO2, banyak senyawa lain yang ikut dihasilkan dan perubahan fisik yang terjadi. Senyawa selain CO2 dan perubahan fisik inilah sebenarnya yang berpotensi lebih berbahaya dibandingkan dengan C02-nya sendiri.
Senyawa dan perubahan fisik apa saja yang menyertai pelepasan CO2 ke atmosfer tergantung pada sumber dan prosesnya. Untuk mengetahui hal itu harus dikaji setiap sumber atau aktivitas yang menghasilkan CO2. Sumber utama CO2 adalah pembakaran bahan bakar fosil yang menyumbang sekitar 74 persen dari emisi total. Sumber CO2 kedua adalah deforestasi, baik melalui proses pembusukan maupun pembakaran menyumbang 23 persen. Sisanya, kurang dari 4 persen berasal dari industri, terutama industri semen, oksidasi CO di troposfer, dan proses alamiah lainnya.
Proses pembakaran bahan bakar fosil dan pembakaran biomasa hutan hampir sama. Unsur utama bahan bakar, baik bahan bakar fosil maupun biomasa adalah karbon. Ketika terbakar sempurna, unsur karbon tersebut menjadi CO2. Besarnya tingkat kesempurnaan pembakaran biasa disebut combustion efficiency (efisiensi pembakaran). Pada intinya, combustion efficiency meningkat jika pasokan oksigen selama proses pembakaran berlangsung tercukupi.Combustion efficiency bahan bakar fase gas paling tinggi, dan fasepadat paling rendah. Efisiensi pembakaran bahan bakar gas rata-rata 99.5 persen, bahan bakar minyak paling tinggi 99 persen jika kondisi pembakaran bagus. Batu bara dan biomasa dalam kondisi kering paling tinggi 98 persen, jika kayu dalam kondisi basah atau tidak ada aliran udara ke dalam sistem pembakaran yang memadai maka koefisien pembakaran hanya 85 persen.
Unsur karbon yang terbakar tidak sempurna terbentuk menjadi senyawa gas monoksida (CO), hidrokarbon (HC), terutama metan (CH4), dan partikulat (asap, abu, jelaga). Gas CO2 adalah produk pembakaran yang paling kecil dampak-negatifnya terhadap lingkungan. Gas CO2 hanya bersifat rumah kaca dengan nilai GWP sangat kecil dibandingkan dengan CH4 yang merupakan produk lain dari pembakaran karbon. Gas CO bersifat polutan yang membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian, demikian juga hidrokarbon. Partikulat karbon merupakan polutan yang berdampak buruk pada kesehatan mata dan pernapasan, terutama jika ukurannya kurang dari 10 m karena partikulat berpotensi masuk ke sistem peredaran darah.
Di troposfer, hidrokarbon melalui rekasi yang rumit akan terbentuk menjadi CH4 dan CH4 menjadi CO dan selanjutnya menjadi CO2. Jadi untuk meminimalkan dampak negatif di udara, karbon dalam bahan bakar terbakar menjadi CO2. Oleh karena itu, diantara bahan bakar yang paling kecil dampak negatifnya terhadap lingkungan atmosfer adalah bahan bakar gas. Semakin ke bentuk padat, semakin banyak unsur karbon yang terbentuk menjadi selain CO2 yang jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan CO2.
Pengalihan penggunaan minyak tanah ke gas sangat baik untuk memperbaiki lingkungan udara karena gas memiliki efisiensi pembakaran paling tinggi, hampir 100 persen, maka hanya sedikit sekali unsur karbon yang terbentuk menjadi CO ataupun hidrokarbon dan partikulat. Gas juga tidak ada unsur sulfur yang akan membentuk polutan SO2.
Akibat pembakaran bahan bakar, bukan hanya senyawa CO, hidrokarbon, dan partikulat karbon saja yang menyertainya. Pada pembakaran bensin untuk kendaraan bermotor ada partikulat timbal. Unsur sulfur dalam solar, batu bara, dan biota menjadi sumber SO2 yang mengganggu sistem pernapasan dan iritasi mata, dan juga sistem transportasi karena berkurang jarak pandang.
Panas yang tinggi pada proses pembakaran menjadi sumber NOx (NO dan NO2). Unsur nitrogen dalam biomasa terbakar menjadi senyawa nitrogen yang berbahaya juga seperti NOx, NH3, dan N2O. Bahan bakar solar, batu bara, dan biomasa mengandung sulfur yang apabila dibakar membentuk senyawa SO2.Dampak senyawa selain CO2 sangat kompleks dibandingkan dengan CO2. NOx dan karbon monoksida (CO) merupakan precursor ozon (O3) di atmosfer bawah. Ozon pada atmosfer bawah, selain bersifat polutan juga merupakan gas rumah kaca. SO2, NH3, dan NOx berdampak pada pembentukan hujan asam.
Debu partikel selain menyebabkan iritasi mata dan gangguan penglihatan karena berkurang jarak pandang, partikulat dengan ukuran kurang dari 10 m dapat masuk ke dalam sistem pernapasan dan akhirnya ikut dalam peredaran darah. Tentunya hal itu sangat berbahaya. Jika partikulat itu timbal yang masih ada dalam bensin kita, maka akan menyebabkan gangguan ginjal dan menurunkan kecerdasan anak. Bahkan timbal ini terakumulasi dalam darah sehingga anak yang dikandung atau disusui oleh ibu yang tercemar timbal akan berisiko ber-IQ rendah.
Deforestasi yang dituding menyumbang 23 persen emisi CO2, memiliki dampak negatif lain yang seharusnya mendapat perhatian. Dampak pertama dari deforestasi adalah berkurangnya keanekaragaman hayati, berkurangnya kesuburan tanah, siklus hidrologi terganggu sehingga berdampak pada bencana banjir dan tanah longsor saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Perubahan lahan akibat deforestasi juga berdampak pada kenaikan suhu udara yang dikenal sebagai urban heat island.
Oleh karena itu, kegiatan reduksi emisi CO2 dalam tujuan menekan pemanasan global mempunyai tujuan ekologis lain yang lebih besar nilainya. Kalau penanganan pemanasan global hanya sekadar menekan CO2, sebenarnya masalah pemanasan global bukan hanya CO2 saja yang menjadi penyebabnya tetapi senyawa lain yang menyertai terbentuknya CO2, dan dampaknya sudah sangat terasakan dalam merusak lingkungan serta mengganggu kesehatan.
Manfaatkan Sumber Energi dari Alam :
·         Gunakan tenaga surya untuk rumah dan pemanas air.
·         Gunakan sinar matahari untuk mengeringkan pakaian Anda.
·         Gunakan pencahayaan dari sinar matahari secara optimal, bukannya mengandalkan lampu listrik.
·         Buka jendela, agar angin dapat berhembus masuk untuk menyejukkan dan menyegarkan  ruangan di rumah anda, daripada menggunakan penyejuk udara buatan yang boros listrik seperti AC.
·         Jika tetap menggunakan AC, jangan lupa bersihkan AC secara teratur, akan menghemat listrik. 
·         Jangan lupa setel ‘timer’ pada AC agar berhenti pada saat sebelum fajar.
·         Exhaust fan juga bisa digunakan untuk membantu pertukaran udara segar di dalam ruang, jika sirkulasi angin belum maksimal.
·         Jika ingin, membangun rumah tinggal jangan lupa memanfaatkan sirkulasi udara angin dan cahaya alamiah dari matahari secara optimal. Pada Negara yang sudah sangat peduli Bumi, seperti Swedia, Denmark dan juga Jepang, pemakaian listrik sudah mulai memanfaatkan tenaga kincir angin dan panel surya, mudah-mudahan di Indonesia bisa segera diterapkan juga, mengingat listrik dari PLN pun sekarang belum bisa menjangkau seluruh peloksok daerah terutama daerah terpencil.   Sumber energi alam lain yang bisa dimanfaatkan adalah tenaga air (mikrohidro) dan panas bumi (geothermal). Kesemuanya ini merupakan sumber energi alam yang ramah lingkungan. 
·         Gunakan juga kaca berwarna hijau untuk mengurangi panas di rumah Anda.

2.4 Cara Mengatasi Pemanasan Global

REUSE (Gunakan Kembali) Dan lain-lainnya :
·         Gunakan keramik atau gelas cangkir kopi bukan cangkir sekali pakai seperti yang terbuat dari plastic dan Styrofoam.
·         Gunakan kembali kantong plastik dan wadah penyimpan barang lainnya.
·         Gunakan kertas bekas surat dan amplopnya, kalender bekas, untuk kertas corat-coret atau catatan keperluan sehari-hari.
·         Gunakan kembali kertas HVS yang baru dipakai 1 muka menjadi 2 muka atau bolak-balik.
·         Gunakan kain serbet, sapu tangan yang bisa digunakan kembali daripada kertas tissue dan kertas pembersih sekali pakai lainnya.
·         Gunakan ‘reusable’  piring, botol minum dan alat makan yang bukan sekali pakai.
·         Gunakan wadah  yang dapat digunakan kembali  untuk menyimpan makanan, bukannya aluminium foil dan bahan plastik lainnya.
·         Reuse kemasan dari bahan karton untuk pengiriman barang.
·         Gunakan kembali koran lama untuk membungkus dan ‘mengepak’ barang.
·         Berbelanja ke toko dengan tas kanvas daripada menggunakan tas kertas dan kantong plastik. 
·         Simpan gantungan kawat dan mengembalikan atau menggunakannya kembali ketika ke binatu.
·         Mengecat dengan kuas dan rol yang bisa dipakai lagi daripada menggunakan cat semprot yang mengeluarkan emisi berbahaya.

REDUCE ( Berhemat ) Dan lain-lainnya :
·         Hemat penggunaan kertas dan tissue karena terbuat dari kayu yang harus ditebang dari pohon di hutan, sedangkan hutan dibutuhkan untuk menetralisir emisi CO2 di udara.
·         Memelihara, merawat dan memperbaiki barang-barang yang kita miliki dan sudah digunakan daripada sering membeli baru.
·         Hanya membeli perangkat mebel. yang benar-benar digunakan.
·         Beli dan gunakan  baterai ‘rechargeable’ untuk perangkat yang sering digunakan. 
·         Prioritaskan membeli produk yang berlabel ramah lingkungan.
·         Beli dan makan sayuran organik, pasti lebih menyehatkan dan ramah lingkungan.
·         Beli produk-produk buatan lokal untuk mengurangi buangan emisi dari transportasi. 
·         Beli makanan/minuman, sayuran/buah-buahan lokal, karena lebih murah dan lebih terjamin kesegarannya.
·         Beli produk yang bisa didaur ulang atau terbuat dari bahan daur ulang.
·         Hindari produk dengan beberapa lapis kemasan, jika hanya satu juga cukup.
·         Dengan kata lain jika memungkinkan beli produk dalam jumlah grosir yang lebih murah dan hemat kemasan daripada beli eceran yang lebih mahal dan butuh banyak kemasan. Contoh pembelian sabun cuci ukuran 1 kg, lebih baik dari pada ukuran sachet kecil.
·         Hindari membeli produk makanan yang dikemas dalam plastik atau wadah styrofoam karena  tidak dapat didaur ulang. 
·         Hindari atau kurangi juga pemakaian peralatan makan/minum seperti sendok/garpu dan sedotan minuman yang terbuat dari plastik.
·         Hindari ‘fast food’ karena jenis makanan ini merupakan penghasil sampah terbesar di dunia, selain itu juga kurang baik terhadap kesehatan.
·         Minimalkan penggunaan pestisida.
·         Hindari penggunaan ‘racun tikus’ dari bahan kimia, jika ingin membunuh atau mengusir tikus, tapi gunakan jebakan tikus tradisional dengan umpan ikan asin misalnya.
·         Berhenti menggunakan semprotan aerosol untuk mengurangi CFC yang akan mengganggu lapisan Ozon Bumi.
·         Kurangi penggunaan bahan kimia saat membersihkan semua sudut rumah.
·         Jangan membeli produk yang dibuat dari hewan langka. 
·         Mengurangi konsumsi daging (flexitarian) atau bila memungkinkan jadilah vegetarian.

RECYCLE ( Daur Ulang ) Dan lain-lainnya :
·         Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
·         Gunakan tas daur ulang untuk menyelamatkan lingkungan. 
·         Recycle segalanya: koran, botol dan kaleng, plastik, kulit, kaca dan aluminium serta bahan anorganik lainnya.
·         Bagi Anda yang suka berkreasi manfaatkan sampah non organik untuk didaur ulang menjadi produk kerajinan tangan yang indah.
·         Kumpulkan sampah dan buang di tempat yang sesuai dengan peruntukkannya, jika memungkinkan pisahkan yang organik dan non organik. Sampah organik bisa dimanfaatkan untuk pupuk kompos sedangkan yang non organik bisa diolah kembali menjadi barang yang memberikan manfaat, daripada dibuang sembarangan misalnya ke sungai, danau dan laut terutama yang terbuat dari plastik sungguh akan merusak lingkungan, karena bahan plastik yang asal mulanya dibuat dari minyak bumi ini, baru bisa terurai minimal setelah mencapai waktu 200 tahun ! Oleh karenanya, jangan buang sampah an organik secara sembarangan, karena bisa mencemari lingkungan.
·         Barang plastik bekas seperti: ember, kemasan cat dinding, botol bekas minuman dan lainnya bisa dipakai ulang atau dikreasikan menjadi pot tanaman yang indah.
·         Jika tidak mau menggunakannya kembali, segera sumbangkan atau berikan kepada orang lain atau organisasi yang mau menampung dan mengolah sampah anorganik ini.
·         Demikian pula pakaian bekas layak pakai dan peralatan rumah tangga yang sudah tidak digunakan atau didaur ulang sebaiknya disumbangkan kepada yang mau menerima dan memanfaatkannya lagi.
·         Jangan biasakan membuang-buang makanan walau sedikit pun karena sisa-sisa makanan dapat mengeluarkan gas metana di tempat terbuka seperti TPA sampah.
Kompos sisa sayuran, kulit buah dsb. dari dapur Anda.
·         Mulai olah sampah organik menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
·         Kompos daun kering dan sampah, atau  bawa ke sebuah tempat pendaur
ulang sampah.

Hijaukan Lingkungan ( Go Green ) Dan yang lainnya:
Ayo mulai tanam pohon di halaman rumah (Go Green). Pohon-pohon yang kita tanam di halaman rumah sekecil apa pun halamannya, sudah pasti akan berperan untuk menetralisir CO2 di udara sekaligus menyegarkan dan menyehatkan kita. Jadi jangan ragu untuk mulai menanam pohon dan terus tambah koleksi tanaman di halaman rumah. Mau tanaman hias, bunga, buah atau apotik hidup, sayuran dan bumbu dapur tidak masalah. Dan jika sebagian besar warga bumi melakukannya, akan memberikan manfaat yang sangat signifikan untuk mereduksi CO2 di udara dan pada akhirnya pemanasan global pun dapat diredam.
Gunakan pupuk organik untuk menyuburkan tanaman, atau pupuk kompos yang bisa kita buat sendiri, lebih hemat dan ramah lingkungan.

2.5 Pengembangan Energi Terbarukan
Salah satu aspek penting untuk menciptakan industri semen berkelanjutan adalah ketersediaan energi dan kelangsungan pasokannya. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa terus mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan melalui pemakaian biomassa sebagai bahan bakar alternatif untuk mensubstitusi penggunaan batubara, dan secara bertahap berupaya mengurangi pemakaian energi listrik. Setiap tahun perusahaan selalu meningkatkan penggunaan biomass sebagai bahan bakar alternatif untuk mengurangi pemakaian batubara. Jenis biomass yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif adalah sekam padi, serbuk gergaji, serbuk kelapa (cocopeat) dan limbah tembakau. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif untuk empat unit pabrik semen di Tuban, secara bertahap dapat ditingkatkan menjadi 3% dari kebutuhan bahan bakar batubara rata-rata 2.000 ton per hari. Pemakaian biomass sekaligus dapat mengurangi emisi gas CO2hingga 15.034 ton eqCO2 setiap tahunnya.
Sumber lain bahan bakar alternatif adalah sampah perkotaan yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat. PT Semen Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Gresik dan Pemerintah Kabupaten Tuban untuk pemanfaatan sampah perkotaan sebagai bahan bakar alternatif yakni refuse derived fuel (RDF). Untuk merealisasikannya perusahaan menggandeng Japan Fero Engineering (JFE) dan New Energi Foundation(NEF) sebagai mitra kerja. Potensi sampah perkotaan yang dapat dimanfaatkan mencapai 300 ton  perhari dan mulai diterapkan seiring beroperasinya Pabrik Tuban IV.
PT Semen Tonasa mengembangkan pemanfaatan sorgun sebagai bahan bakar nabati. Perusahaan bekerjasama dengan PTPN XIV melakukan penanaman sorgum pada lahan seluas 1,9 hektar. Secara bertahap luas penanaman sorgum akan ditingkatkan hingga 20 di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Pemanfaatan sorgum diharapkan dapat menggantikan pemakaian batubara, sehingga akan menekan biaya produksi hingga 50% sekaligus mereduksi emisi CO2.
Sejak 25 Februari 2011, pelaksanaan CDM di Pabrik Tuban dan Pabrik Tonasa telah terintegrsi di United Nations Frame Work Convention on Climate Change (UNFCCC). Selanjutnya dilakukan tahapan verifikasiCertified Emmission Reduction (CER) pada akhir tahun 2013. Emisi dihitung dengan besarnya ekuivalen substitusi emisi gas karbon (CO2) yang dikompensasi melalui mekanisme perdagangan karbon kredit (carbon credit trading). Potensi penerimaan melalui transaksi Reduksi Emisi Tersertifikasi atau Certified Emission Reduction (CER) pada tahun 2011-2012 mencapai 60.000 CER, dengan nilai 1 CER setara 1-5 Euro.
2.6 Program Kelola Lingkungan
Perseroan melaksanakan berbagai kegiatan Program Kelola Lingkungan dalam upaya pencegahan pencemaran dan polusi, serta membangun”Budaya Produksi Hijau” dalam pengoperasian pabrik melalui kegiatan:
-
Pengendalian Pencemaran Air

Untuk mencegah pencemaran air akibat terbawanya zat pencemar oleh air hujan, Perseroan melakukan upaya pencegahan melalui: pembuatan slabing beton, pembuatan saluran air, dan pengoperasian oil trap, diikuti pemantauan kualitas air secara periodik, baik oleh internal Perseroan maupun oleh laboratorium independen.
-
Pengendalian Pencemaran Udara

Dalam upaya pencegahan pencemaran udara, seluruh fasilitas produksi yang dimiliki Perseroan dilengkapi dengan peralatan penangkap debu seperti Electrostatic Precipitator(EP), cyclone, conditioning tower, dan bag house filter.Selain penggunaan peralatan yang memadai, Perseroan menyediakan buffer zone, melakukan penanaman pohon pada area green belt di sekitar lahan bahanbaku dan green barrier di dalam dan sekitar pabrik yang berfungsi untuk mengurangi pencemaran udara.

Program Konservasi Sumber daya
Perseroan juga memberi perhatian pada upaya efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan energi untuk menjaga kelangsungan dan ketersediaannya. Oleh sebab itu, Perseroan melakukan langkah konservasi sumber daya, melalui program sebagai berikut:
1. Efisiensi Energi
Dalam rangka pengamanan energi, Perseroan melakukan program efisiensi energi melalui upaya-upaya:
-
Pemanfaatan BBMA (Bahan Bakar dan Material Alternatif) dari produk samping industri lain dan limbah pertanian sebagai pengganti bahan yang berasal dari alam. Energi alternatif sebagai bahan bakar yang digunakan misalnya oil sludge dan biomass dari sekam padi, cocopeat, sisa tembakau dan lain-lain. Sampai dengan tahun 2012 realisasi pemanfaatan BBMA mencapai 5% dari total pemakaian energi.
-
Melakukan audit dan pengelolaan energi dalam upaya efisiensi energi listrik dan energi panas. Langkah ini ditindaklanjuti dengan :

a. Melakukan peningkatan unjuk kerja peralatan dan pengendalian operasi pabrik dalam rangka penghematan energi.

b. Meningkatkan kapasitas produksi dan mengoptimalkan pengendalian operasi, sehingga index biaya bahan bakar/ton produk menjadi lebih kecil.

2. Pengelolaan limbah B3 dan non-B3
Pengelolaan limbah B3 dan non-B3 dilakukan dengan cermat dan hati-hati, dengan selalu mengutamakan aspek pemenuhan terhadap peraturan perundangan. Upaya co-processing lebih diutamakan untuk menjamin bahwa limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali kedalam proses produksi sesuai dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle), sebagai berikut:
-
Memanfaatkan oli bekas untuk pelumasan peralatan pabrik.
-
Memanfaatkan majun dan kaos tangan yang terkontaminasi dengan oli/minyak untuk bahan bakar alternatif.
-
Melakukan recycle tumpahan material reject untuk dikembalikan ke proses produksi. Di samping pengelolaan limbah internal, Perseroan juga melakukan pemanfaatan limbah dari industri lain sebagai bahan baku dan bahan bakar alternatif dengan metode co-processing. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu memberikan solusi bagi upaya penanganan limbah industri dengan aman dan ramah lingkungan.

3. Konservasi Air
Pengelolaan konservasi air dilakukan melalui upaya pemanfaatan air hujan dan air buangan pabrik untuk digunakan kembali (recycle) sebagai air proses dalam rangka efisiensi penggunaan air. Pengelolaan juga dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan dan inspeksi saluran distribusi air (perpipaan, valve, dll) secara kontinyu, yang salah satu manfaatnya untuk air bersih dan pengairan area persawahan milik masyarakat sekitar.

4. Keanekaragaman Hayati
Perlindungan keanekaragaman dilakukan melalui upaya reklamasi lahan pascapenambangan dan penghijauan.
·         Reklamasi lahan pascapenambangan Kegiatan reklamasi lahan pascapenambangan dilakukan sesuai dengan dokumen AMDAL-UKL/ UPL. Beberapa kegiatan reklamasi yang telah dilakukan oleh Perseroan meliputi:
·         Pemanfaatan bekas lahan tambang tanah sebagai waduk penampungan air, perikanan ,dan sarana hiburan.
·         Pemanfaatan bekas tambang untuk kegiatan pertanian, perumahan, perkantoran, industri dan sebagai tempat usaha.
·         Revegetasi sebagian bekas bekas lahan tambang dengan melakukan penanaman tanaman pelindung dan tanaman produktif.
Pada tahun 2012 Perseroan berhasil melakukan reklamasi lahan tambang batu kapur seluas 20 ha dengan jumlah tanaman sebanyak 43.000 batang pohon yang proses pelaksanaannya dimulai sejak 2011.
·         Penghijauan
Perseroan melakukan upaya penghijauan secara terencana dan kontinyu, dengan serangkaian kegiatan meliputi:
- Penghijauan Green Belt dan Green Barrier dikelola dengan pola kemitraan bersama warga sekitar Perseroan.
- Penanaman pohon di tepian jalan raya antara Gresik-Lamongan-Sedayu –Tuban sepanjang sekitar 150 km.
- Pengembangan Mangrove Center di pantai Tuban berupa penanaman bibit pohon mangrove.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemanasan Global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya. Penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.

3.2 Saran
Kehidupan berawal dari kehidupan di bumi ini jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi harus beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melestarikannya. Marilah kita bergotong royong untuk menyelamatkan bumi yang telah memberi kita kehidupan yang sempurna ini. STOP GLOBAL WARMING!
Merubah gaya hidup anda dapat dimulai dari rumah tangga. Pemerhati lingkungan, menyatakan bahwa salah satu caraberadaptasi dengan pemanasan global di rumah adalah mengurangi pengeluaran energi. Mematikan alat elektronik yang tidak terpakai adalah salah satu cara yang dapat dilakukan. Mulailah dari hal sederhana seperti mencabut charger Handphone setelah selesai dipakai, mematikan layar komputer saat tidak dipakai, matikan lampu yang tidak dipakai, dan menyalakan AC hanya jika dibutuhkan.

Cara Lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan bola lampu yang lebih efisien. Jika setiap rumah tangga mengganti salah satu bolah lampu menggunakan bahan yang lebih cinta lingkungan maka dapat mencegah 90 milliar pn CO2 masuk ke atmosfer. Hal ini sama seperti mengurangi 6,3 juta mobil di jalanan.












DAFTAR PUSTAKA

No comments: