Thursday 7 January 2016

SPICE ISLANDS

SPICE ISLANDS
Di masa pendidikan pada era ORBA dulu, sebutan Maluku selalu identik dengan Ambon Manise. Bukan yang lain. Meski pulau yang terbesar di Kep. Maluku adalah Halmehera. Dan sejarah tertua merujuk ke Ternate dan Tidore.
Untunglah ada pemekaran wilayah. Propinsi Maluku Utara berdiri tegak dengan beban sejarah masa lalunya; kota bersejarah TERNATE adalah ibukota mula-mula, namun kini ibukota propinsi telah dipindahkan ke SOFIFI, sebuah kota kecil di bahagian barat P. Halmahera.
Saat menginjakkan kaki pertama kali di bumi Ternate (- kurang lebih dua bulan yang lalu -), kilasan sejarah berkelebat menarik semangat saya menelusuri kembali sensasi cengkeh, pala dan rempah lainnya yang menggantung di awan dan pucuk nyiur, menghantarkan hidung para petualang Eropa menuju “Surga” dari Timur ini.
Nama “Maluku”, “Moluccas” atau “Pulau Rempah-rempah – Spice Islands” sudah terkenal di kalangan masyarakat kelas atas Romawi, bahkan hingga ke era Babylonia.
Giorgio Buccellati, arkeolog yang melakukan penggalian situs d Terqa – Efrat Tengah, dengan kagum mengamati sebuah wadah dari masa 1700 SM dan iapun menuliskan :
Sisa-sisa tanaman yang kami sebut cengkih itu sekilas tidak seperti cengkih yang sesungguhnya, dan kesan yang sama juga dikemukakan oleh Kathlyn Galvin, ahli paleobotani (botani purbakala) kami ketika itu.
Penemuan yang luar biasa, sebuah benda “mirip cengkih” di puing Babylon dari era 1700 SM!! Bahkan semua peneliti kebingungan dengan temuan ini; karena hanya ada satu tempat saja di muka bumi tempat di mana cengkeh berasal yakni Spices Islands / Pulau Rempah-rempah atau Maluku.
Pada abad ke 15 dan 16, nama Kepulauan Maluku sudah begitu terkenal dalam dunia perdagangan Eropa. Seiring dengan bangkitnya semangat explorasi dan penaklukan, berbondong-bondong para pedagang Eropa mencari jalan ke timur – jalan menuju sumber rempah-rempah. Rute laut menuju India dan Cina sudah dikenal, tetapi rute menuju Maluku amatlah rahasia.
Ludovico de Varthema, seorang penjelajah dan penulis berkebangsaan
Italia, adalah orang pertama yang memberikan laporan tentang “Pulau Rempah-rempah dan penduduknya.” Varthema menceritakan kisahnya di Goa – India, di markas besar Armada Portugis.
Segera setelah mendengat kisah Varthema, Jendral Alfonso d’Albuquerque menugaskan Antonio d’Abreu membawa rombongan yang terdiri dari 120 prang awak dengan tiga buah kapal meluncur menuju timur. Rombongan bertolak dari Goa (1511 M) dengan memakai jasa pelaut Melayu – Nahkoda Ismail.
1512.
Sauh kapal Portugis pertama ditambatkan di lepas pantai Lonthor (pulau terbesar di Kep. Banda). Di sinilahd’Abreu bisa memperoleh pala secara langsung dari pohonnya, dan juga cengkeh (yang didatangkan dari Ternate dan Tidore).
Kekaguman orang-orang terhadap benda yang menjadi obsesi semua negara Eropa, dituliskan dengan baik oleh Jan Huygen van Linschoten, seorang pelaut Belanda yang ikut dalam rombongan Portugis itu.
Pohon-pohon yang membuahkan Pala dan Bunga Pala itu tidak berbeda dengan pohon buah Pir, tetapi daunnya lebih pendek dan bundar, baik untuk penyembuh sakit kepala, untuk ibu dan untuk syaraf. Pala terbalut oleh tiga jenis kulit. Yang paling utama dan paling luar mirip kulit hijau buah Arcon dan jika sudah masak kulit ini mengelupas lalu kita lihat kulit tipis seperti daging kelapa yang membalut buahnya, dan kita namakan Buah Pala, yang untuk dimakan maupun untuk pengobatan sangat berguna dan sehat. Kulit ketiga lebih keras dan lebih mirip kayu daripada yang pertama, dan seperti Arcon, yakni lebih hitam, yang jika dibuka akan memperlihatkan buah Pala di dalamnya.
Jika buah sudah masak, dan jika kulit pertama mengelupas, maka bunga Pala itu berwarna merah cerah dan jika buahnya kering, Bunga Pala pun berubah warna menjadi kuning emas.
Ada dua enis Pala, satu panjang, pala jantan namanya, lainnya bulat, lebih baik mutunya dan lebih keras.
Buah Pala menenangkan otak, menajamkan daya ingat, menghangatkan dan menguatkan tenggorokan, mengusir angin dari tubuh, menyegarkan nafas, melancarkan kencing, menghentikan mencret-mencret? dan akhirnya buah pala juga baik untuk sakit di kepala, di tenggorokan dan pada luka-luka.
Minyaknya lebih baik dari pada bagian yang lain, bagi semua penyakit yang telah disebutkan di atas.
Bunga pala terutama baik untuk salesma dan untuk pria yang lemah, bunga pala baik untuk pencernaan daging, menghilangkan rasa marah dan meudahkan buang angin.
Pala tumbuh pada pohon seperti pohon “Bay” baik dalam bentuk maupun jumlahnya, hanya saja daunnya tidak serindang pohon “Almond” atau pohon “Willows”.
Pohon cengkeh banyak dahannya dan bunganya tidak sedikit, yang kemudian menadi buah-buah yang dinamakan “Cloves” karena bentuknya mirip “Claws” atau cakar.
Cengkeh tumbuh seperti bunga “Mirtle” pada dahan yang paling ujung. Cengkeh banyak digunakan baik untuk memasak daging maupun untuk meramu obat……. Cengkeh emperkuat Hati, Tenggorokan, Jantung, melancarkan perncernaan, cengkeh emudahkan keluarnya kencing, dan menghentikan mencret-mencret dan bila ditaruh di ata, dapat emelihara penglihatan. dan empat dram yang diminum dengan susu, akan mendatangkan gairah.
(Linschoten, selain menjadi pelaut biasa juga menyelidiki peta navigasi dan jalur pelayaran Portugis – hal yang sangat berharga bagi negaranya di kemudian hari – Belanda.)
Dengan penggambaran seperti itu, dan pemasaran rempah-rempah yang nilainya selangit di Eropa, maka berbondong-bondong Spanyol, Inggris dan akhirnya Belanda (melalui VOC) datang menyusuri pantai Nusantara sambil menyusun strategi untuk menguasai Spices of Islands.
Namun, Portugislah yang beruntung dalam kompetisi ini. Setelah d’Abreu kembali ke Malaka dengan membawa banyak dagangan rempah, ekspedisi berikutnya diberangkatkan menuju Maluku. Dipimpin oleh Kapten Francisco Serrao, Portugis untuk pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Ternate.
Disambut oleh Sultan Bolief, Serrao bahkan diangkat menjadi penasehat pribadi Raja, dia dan rekan-rekannya diadikan sebagai warga kehormatan istana kerajaan.
Tahun 1513. Armada dagang Portugis tiba di Ternate, di bawah pimpinan Kapten Antonio de Miranda de Azevado. Mereka membuka pos dagang pertama di Ternate dan sebuah pos kecil di Bacan.
Maka muncullah istilah “Abad Portugis” yang dimulai sejak 1512 M hingga akhir abad. Kepulauaan Maluku menjadi terkenal ke seluruh Eropa dan Asia.

Patut diperhatikan, bahwa yang disebut Maluku pada Abad-16 adalah 5 buah pulau kecil yang terdiri atas P. Ternate, P. Tidore, P. Motir, P. Makian dan P. Bacan. Pusat peradaban Maluku adalah Ternate dan Tidore bukan Ambon atau Banda.

Sikap Toleransi Dan Empati Terhadap Keberagaman Budaya

Sikap Toleransi Dan Empati Terhadap Keberagaman Budaya

Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan prang atau kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain. Sikap tolerans dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam kehidupanmasyarakat Indonesia multicultural.  Dengan pengembangan sikap toleransi dan empati sosial, maka masalah-masalah yang beraitan dengan keberagaman sosial budya akan dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada pertentangan sosial yang dapat mengancam diisintegrasi nasional.
Semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sejak zaman Kerajaan Majapahit telah terpelihara cukup baik. Oleh karena itu, sikap toleransi tidak boleh pudar hanya karena perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat istiadat atau golongan politik. Sebab bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika, kita tidak layak bersikap sukuisme, realism, chauvisme, primadialisme, atau anarkisme dalam kehidupan masyarakat. Sebab sikap dan perilaku seperti itu bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya dan jati diri bangsa Indonesia yang bersifat kekluargaan, ramah tamah, tolong menolong dan sebagainya. Oleh karena itu, kita harus menempatkan diri sebagai warga masyarakat yang merupakan bagian utuh dari bangsa Indonesia. Untuk itu, perlu dikembangkan sikap dan perilaku yang dilandasi oleh sikap demokratis, toleransi, empati, solidaritas, tolong menolong, dan kekeluargaan. Dengan demikian, kita akan dapat memlihara dan mewujudkan kehidupan masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya nasional.
Sebagai makhluk Individu, manusia memiliki hak dan kewajiban asasi untuk mengembangkan kehidupannya secara mandiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Namun, manusia tidak dapat hidup secara sendiri-sendiri, melainkan memerlukan bantuan manusia lainnya. Keberadaan manusia hanya bermakna bila mampu hidup secara kolektif dalam persekutuan dengan individu-individu lain dimasyarakat.
Adapun cara untuk menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain yang berbeda latar belakang budaya dapat dilakukan sebagai berikut:
a.  Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai dari bangsa Indonesia.
b.  Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
c.  Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam hal-hal tertentu.
d.  Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki persamaan kedudikan, harkat, martabat, dan derajat, serta hak dan kewajiban asasi.
e.         Kita perlu menerima dan menghargai oranglain/suku bangsa lain sebagai pemilihan dan penghuni tanah air Indonesia ciptaan Tuhan Yang Maha Rsa
f.          Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam ras, suku bangsa, bahasa, adat-istiadat, profesi, golongan politik dan sebagainya
g.         Menerima suku-suku bangsa lain dalam pergaulan sehari-hari. Dalam
 pergaulan di masyarakat, kita tidak hanya bertemu orang satu suku
  bangsa. Apalagi kalau kita tinggal di kota. Orang-orang dari suku lain
             harus kita terima. Mereka adalah saudara kita satu bangsa.
h.         Menambah pengetahuan kita tentang suku-suku lain. Mempelajari suku
bangsa lain tidak harus datang ke daerah tempat tinggal mereka. Kita bisa belajar tentang adat istiadat, kesenian, dan bahasa mereka.
Dengan mengenal lebih dalam suku-suku lain, ki-ta akan memahami
adat istiadatnya. Dengan demikian kita tidak akan mudah curiga

Ini  adalah cara lain yang bisa kita lakukan juga untuk menunjukan sikap toleransi kita terhadap keragaman budaya di Indonesia

1. Menghormati kelompok lain yang menjalankan kebiasaan dan adat
     istiadatnya.
2. Tidak menghina hasil kebudayaan suku bangsa lain.
3. Mau menonton seni pertunjukan tradisional.
4. Mau belajar dan mengembangkan berbagai jenis seni tradisional
    seperti seni tari, seni musik, dan seni pertunjukan.
5. Bangga dengan hasil kebudayaan dalam negeri.

MATERI SESORAH

SESORAH

Sesorah yaiku micara ing sangarepe wong akeh kanthi ancas utawa tujuan tartamtu.
Wondene ancase wong sesorah yaiku :
  • atur pambagya
  • maringi informasi
  • atur pangajak
  • atur panglipur
  • paring panyaruwe

Wong sesorah kudu ngewekani bab-bab ing ngisor iki antarane yaiku :
  • basane kudu pas karo situasi lan kondisi acara
  • busanane kudu sopan lan empan papan
  • solah bawa kang mranani, mrebawani nanging aja digawe-gawe

Methode utawa teknike wong pidhato utawa sesorah ana :
  • methode maca teks
  • methode apalan
  • methode ekstemporan
  • methode impromptu

Wong sesorah kudu urut lan sistematis ,urutan-urutane sesorah kaya ing ngisor iki :
  • salam pambuka
  • atur pakurmatan
  • atur puji syukur marang Gusti Alloh
  • atur panuwun marang para tamu
  • surasa
  • pangarep-arep
  • atur pangapura
  • salam panutup


    tuladha sesorah
  • PENGETAN DINTEN PENDIDIKAN NASIONAL

Bapak Kepala sekolah ingkang kinurmatan.
Bapak, Ibu Guru ingkang satuhu luhuring budi.

Para kanca, siswa-siswi ingkang kula tresnani.

Sumangga langkung rumiyin sami ngaturaken syukur dhu-mateng Gusti Mahakwasa ingkang kepareng paring rahmat lan hidayahipun. Kita sadaya taksih saged kempal manunggal kanthi tentrem, bagas, waras, kebak ing kabagyan salebetipun pahargyan pengetan dinten Kartini samang-ke punika.

Pangetan dinten pendidikan nasional sanget tumrap kula panjenengan sadaya. K.H Dewantara,pindhanipun sekar ingkang tansah mbabar angambar ganda arum ing bangsa Indonesia. Panjenenganipun punika pangarsa pendidikan wonten negara indonesia.

ing pengetan hari pendidikan punika sumgga kita sedaya tansah eling marang jasanipun bapak pendidikan nasional yaiku bapak kh. deawantara, amargi jasa-jasa nipun kita sedaya saged lumampah lan sekolah, mugi-mugi pendidikan wonten negara kita tansah maju,lan saged tumindak beccik amargi pendidikan ingkang sae

Sampun cetha ing panggesangipun bangsa kathah siswa-siswi ingkang saged kiprah kadi lan pemerus bangsai. Ingkang makaten punika saestu saged damel mongkoging manah.

Kanti makaten punika sumangga kadang-kadang, sami saged nglajengaken gegayuhan tuwin lelabetanipun Kh dewantara ingkang luhur punika

Semanten saha makaten atur kula. Mugi sami kepareng maringi pangapunten tumrap sadaya kekirangan lan kelepatan kula.


Sejarah pertama kali Rasulullah mendirikan Sholat Berjema'ah

Sejarah pertama kali Rasulullah mendirikan Sholat Berjema'ah

Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah dengan ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah s.a.w. melewati daerah yang disebut dengan Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba. Selanjutnya, setelah di Madinah beliau juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya.

Drs. Sidi Gazalba menyebutkan: “Pada hari pertama kedatangan Nabi dengan rombongannya di Madinah itu apakah yang mula-mula sekali dilakukannya? Beliau secara gotong-royong dengan kaum muslimin yang berada di sekitarnya mendirikan Masjid, tempat sujud. Tanah kebun di tempat Masjid itu dibangun adalah milik Bani Najar, yang menolak pembayaran sebagai beli dari kebun mereka. Nabi sendiri ikut bekerja mengangkat batu. Dalam gotong-royong dan sambat sinambat orang tidak memperhitungkan beli, upah dan pangkat. Semua bekerja sama untuk semua”. *)
Dalam perjalanan sejarahnya Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunannya maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana komunitas umat Islam berada di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Masjid telah menjadi tempat beribadah, sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da’wah dan aneka aktivitas lainnya.

    Banyak Masjid telah didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus dan lain sebagainya. Masjid didirikan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam -khususnya kebutuhan spiritualitas- untuk mendekatkan diri pada Pencipta-nya; menghambakan diri, tunduk dan patuh mengabdi pada-Nya. Masjid juga menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat Islam.

    Di antara fungsi Masjid yang utama adalah sebagai tempat beribadah, khususnya dalam melaksanakan shalat fardlu dengan berjama’ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama’ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok. Sunnah Nabi s.a.w. dalam pengertian muhaditsin -bukan fuqaha- yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah s.a.w. tentang shalat berjama’ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslim laki-laki.

Abu Hurairah r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “ Seberat-berat shalat atas para munafiqin, ialah shalat ‘Isya dan shalat fajar (Shubuh). Sekiranya mereka mengetahui apa yang dikandung oleh kedua shalat itu, tentulah mereka mendatanginya, walaupun dengan jalan merangkak. Demi Allah sesungguhnya saya telah berkemauan akan menyuruh orang mendirikan jama’ah beserta para hadirin, kemudian saya pergi dengan beberapa orang yang membawa berkas kayu api kepada orang-orang yang tidak menghadiri jama’ah shalat, lalu saya bakar rumah-rumah mereka, sedang mereka berada di dalamnya””. (HR: Bukhari & Muslim). **)

    Shalat berjama’ah merupakan bukti nyata tentang kemusliman seseorang. Dengan mudah kita dapat mengetahui seseorang itu muslim karena dia datang dan melaksanakan shalat di Masjid. Kita tidak perlu lagi bertanya-tanya apakah dia muslim atau non muslim.

    Pada masa Rasulullah s.a.w, shalat berjamaa’ah di Masjid menjadi identitas kaum muslimin yang dapat membedakan antara mereka dengan orang-orang kafir. Bahkan, orang-orang munafik dapat ditengarai dengan keengganannya dalam melaksanakan shalat berjama’ah di Masjid.

    Abdullah Ibn Mas’ud r.a. berkata: “Saya melihat semua kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaf”. (HR: Al Jamaah selain Bukhari dan Turmudzi).**)

    Dengan ter-aktualisasinya shalat berjama’ah, maka Masjid menjadi makmur, ukhuwah imaniyah terbina, keterpemimpinan umat nampak jelas, dan syi’ar Islam nyata dalam kehidupan sehari-hari.

    Bagi seorang muslim, menegakkan shalat dengan berjama’ah di Masjid bisa menambah kekhusyu’an dan meningkatkan rasa kebersamaan dalam menghamba kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

    Shalat berjama’ah juga memiliki nilai lebih dari pada shalat sendirian (munfarid).

    Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w. : “Shalat jama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad”. (HR: Bukhari dan Muslim). **)

    Shalat berjama’ah di Masjid merupakan ajaran Islam, khususnya bagi laki-laki yang tidak ada udzur, yang saat ini banyak dilupakan umat Islam. Kini kita lihat, di Masjid orang-orang yang melaksanakan shalat berjama’ah sangat sedikit sekali. Terlebih, pada waktu shalat shubuh yang datang mungkin bisa dihitung dengan anak jari.

    Masya Allah, umat Islam telah melupakan ajarannya sendiri. Bahkan, di antara mereka banyak yang datang ke Masjid hanya sepekan sekali pada hari Jum’at. Karena itu, kita perlu untuk meng-aktualkan kembali ajaran Shalat berjama’ah di Masjid ini yang merupakan perintah Rasulullah s.a.w. Kita hidupkan kembali sunnah beliau dengan memulai dari diri kita sendiri menurut kemampuan masing-masing.

    Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama’ah yang merupakan salah satu syi’ar Islam terbesar, sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama’ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid.

    Jadi, keberhasilan dan kekurangberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat Islam di sekitar Masjid dalam menegakkan shalat berjama’ah.

    Masjid adalah tempat sujud. Kita sujud dan ruku’ bersama-sama dalam shalat berjama’ah. Coba kita bayangkan, seandainya setiap umat Islam, khususnya laki-laki, pada waktu mendengar adzan mereka mendatangi Masjid, baik yang di kampung, sekolah, kantor, jalan raya, pusat-pusat pertokoan, kampus dan lain-lainnya untuk menunaikan shalat fardlu dengan berjama’ah. Tentu syiar Islam akan nampak nyata. Bayangkan, hal itu terjadi lima waktu dalam sehari.

    Sebagai pembanding, tentu kita dapat melihat bagaimana syiar Islam ditegakkan pada malam awal bulan Ramadlan. Masjid penuh dengan jama’ah, persatuan Islam nyata, kekuatan Islam nampak, da’wah islamiyah terbina, dan syi’ar Islam bisa dirasakan bersama.

    Semoga kiranya Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa membimbing kita dalam memakmurkan Masjid, di antaranya melalui shalat berjama’ah. Amien.

    Wallahua’lam bishshawab.