Pan Islamisme dalam pengertian yang
luas adalah kesadaran kesatuan umat Islam yang diikat oleh kesamaan agama yang
membentuk solidaritas sedunia. Sedangkan dalam pengertian khusus adalah gerakan
mempersatukan umat Islam.1) Gerakan ini secara samar-samar pernah
diutarakan oleh Al-Thah-Thawi dengan memakai istilah persaudaraan seagama, dan
kemudian ditegaskan oleh Sayid Jamaluddin Al-Afgani dan Syekh Muhammad Abduh.
Gerakan ini kemudian mempengaruhi
bangkitnya pergerakan nasional Indonesia, karena dalam periode peralihan abad
ke-20, Islam merupakan ciri utama kebudayaan Indonesia. Salah satu sisi dari
gerakan reformasi itu ialah mengidentifikasikan Islam dengan bangsa dan dengan
rasa yang semakin tidak sabar terhadap kedudukan sebagai bangsa yang terjajah.2) Hal
ini dikuatkan oleh pendapat Deliar Noer bahwa pada masa peralihan abad ke-19 ke
abad ke-20, Islam identik dengan kebangsaan.3)
Gerakan Pan Islam pada awalnya
muncul sebagai gerakan Wahabi di Arab pada abad ke-18 dengan pelopornya
Muhammad ibn Abdul Wahab (1703-1787) dengan menghidupkan himbauan Ibnu Taymiah
untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Abdul Wahab bersekutu dengan
Ibnu Saud kemudian menguasai kota suci Mekah dan Madinah sebagai langkah
pertama menguasai dan mempersatukan dunia Islam seluruhnya.4)
Pada tahun 1917 Sultan Turki Usmani,
Salin I, merebut Mesir dan menggulingkan Khalifah Abbasiyah, kemudian
mengangkat dirinya sebagai khalifah serta pelindung kota Mekah dan Madinah.
Pada masa Usmani Muda, Turki berusaha menggunakan Pan Islam untuk menyatukan
seluruh umat Islam di bawah kerajaan Usmani.5) Gerakan ini kemudian
dimotori oleh Sayid Jamaluddin Al-Afgani yang lebih menekankan pada gerakan
politik untuk menghadapi kolonialisme dan imperialisme Barat, dengan
bercita-cita membentuk semcam konfederasi negara-negara Islam.6)
Gerakan Pan Islamisme tersebut tidak
berhasil menggalang kesatuan umat Islam. Tapi semangat Pan Islam tetap hidup
sehingga membangkitkan berbagai organisasi Islam regional dan internasional,
tak terkecuali Indonesia yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pergerakan
tersebut.
Isi gerakan
Pan Islam dapat dilihat dari teori pembaharuan yang dikemukakan oleh Sayid
Jamaluddin Al-Afgani dan Syekh Muhammad Abduh.
Sayid Jamaluddin Al-Afgani mengungkapkan bahwa:
Sayid Jamaluddin Al-Afgani mengungkapkan bahwa:
- Islam
adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa maupun zaman. Kalau kelihatan
ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi perubahan
zaman, maka penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi dan
pengertian baru tentang ajaran itu.
- Kemunduran
yang dialami oleh umat Islam tak lain karena telah meninggalkan ajaran
Islam yang sesungguhnya.
- Pemahaman
terhadap qadha dan qadar dirusak oleh sebagian ulama, menjadi fatalisme
yang membawa umat Islam kepada keadaan statis.
- Pemahaman
yang keliru terhadap hadits Nabi menyatakan bahwa umat Islam akan
mengalami kemunduran di akhir zaman membuat umat Islam tidak merubah
nasibnya.
- Jalan keluarnya adalah
melenyapkan pengertian yang salah itu dan kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya.7)
Sementara
Syekh Muhammad Abduh mengungkapkan teori pembaharuannya sebagai berikut:
- Yang boleh dan harus disembah
hanyalah Allah dan orang menyembah selain Allah adalah musyrik dan ia
harus dibunuh.
- Orang Islam yang minta
pertolongan kepada Wali atau Syekh atau kekuatan lain selain Allah,
termasuk dia menjadi musyrik.
- Menyebut nama Nabi, Syekh atau
Malaikat dalam doa juga syirik.
- Meminta selain kepada Allah
adalah syirik.
- Bernazar selain kepada Allah
adalah syirik.
- Tidak percaya kepada Qadha dan
Qadar Allah itu menyebabkan kekufuran.
- Jalan keluarnya adalah
melepaskan umat dari kesesatan ini dan kembali kepada Islam yang asli.8)
Dengan demikian terlihat adanya
perbedaan pandangan dan orientasi dari kedua tokoh di atas. Kalau Sayid
Jamaluddin Al-Afgani menekankan pada politik, maka Syekh Muhammad Abduh lebih
mengutamakan pembaharuan dalam pendidikan menurut alam pikiran modern dengan
tujuan untuk membangkitkan semangat umat Islam.
No comments:
Post a Comment