SPICE ISLANDS
Di masa
pendidikan pada era ORBA dulu, sebutan Maluku selalu identik dengan Ambon
Manise. Bukan yang lain. Meski pulau yang terbesar di Kep. Maluku adalah
Halmehera. Dan sejarah tertua merujuk ke Ternate dan Tidore.
Untunglah
ada pemekaran wilayah. Propinsi Maluku Utara berdiri tegak dengan beban sejarah
masa lalunya; kota bersejarah TERNATE adalah ibukota mula-mula, namun kini
ibukota propinsi telah dipindahkan ke SOFIFI, sebuah kota kecil di bahagian
barat P. Halmahera.
Saat
menginjakkan kaki pertama kali di bumi Ternate (- kurang lebih dua bulan yang
lalu -), kilasan sejarah berkelebat menarik semangat saya menelusuri kembali
sensasi cengkeh, pala dan rempah lainnya yang menggantung di awan dan pucuk
nyiur, menghantarkan hidung para petualang Eropa menuju “Surga” dari Timur ini.
Nama
“Maluku”, “Moluccas” atau “Pulau Rempah-rempah – Spice Islands” sudah terkenal
di kalangan masyarakat kelas atas Romawi, bahkan hingga ke era Babylonia.
Giorgio Buccellati, arkeolog yang melakukan penggalian situs d Terqa –
Efrat Tengah, dengan kagum mengamati sebuah wadah dari masa 1700 SM dan iapun
menuliskan :
Sisa-sisa tanaman yang kami sebut cengkih itu sekilas tidak seperti cengkih
yang sesungguhnya, dan kesan yang sama juga dikemukakan oleh Kathlyn Galvin,
ahli paleobotani (botani purbakala) kami ketika itu.
Penemuan
yang luar biasa, sebuah benda “mirip cengkih” di puing Babylon dari era 1700
SM!! Bahkan semua peneliti kebingungan dengan temuan ini; karena hanya ada satu
tempat saja di muka bumi tempat di mana cengkeh berasal yakni Spices Islands /
Pulau Rempah-rempah atau Maluku.
Pada abad ke
15 dan 16, nama Kepulauan Maluku sudah begitu terkenal dalam dunia perdagangan
Eropa. Seiring dengan bangkitnya semangat explorasi dan penaklukan,
berbondong-bondong para pedagang Eropa mencari jalan ke timur – jalan menuju
sumber rempah-rempah. Rute laut menuju India dan Cina sudah dikenal, tetapi
rute menuju Maluku amatlah rahasia.
Ludovico de Varthema, seorang penjelajah dan penulis
berkebangsaan
Italia,
adalah orang pertama yang memberikan laporan tentang “Pulau Rempah-rempah dan
penduduknya.” Varthema menceritakan kisahnya di Goa –
India, di markas besar Armada Portugis.
Segera
setelah mendengat kisah Varthema, Jendral Alfonso d’Albuquerque menugaskan Antonio
d’Abreu membawa rombongan yang terdiri dari 120 prang awak dengan tiga
buah kapal meluncur menuju timur. Rombongan bertolak dari Goa (1511 M) dengan
memakai jasa pelaut Melayu – Nahkoda Ismail.
1512.
Sauh kapal
Portugis pertama ditambatkan di lepas pantai Lonthor (pulau terbesar di Kep.
Banda). Di sinilahd’Abreu bisa memperoleh pala
secara langsung dari pohonnya, dan juga cengkeh (yang didatangkan dari Ternate
dan Tidore).
Kekaguman
orang-orang terhadap benda yang menjadi obsesi semua negara Eropa, dituliskan
dengan baik oleh Jan Huygen van Linschoten, seorang pelaut Belanda
yang ikut dalam rombongan Portugis itu.
Pohon-pohon
yang membuahkan Pala dan Bunga Pala itu tidak berbeda dengan pohon buah Pir,
tetapi daunnya lebih pendek dan bundar, baik untuk penyembuh sakit kepala,
untuk ibu dan untuk syaraf. Pala terbalut oleh tiga jenis kulit. Yang paling
utama dan paling luar mirip kulit hijau buah Arcon dan jika sudah masak kulit
ini mengelupas lalu kita lihat kulit tipis seperti daging kelapa yang membalut
buahnya, dan kita namakan Buah Pala, yang untuk dimakan maupun untuk pengobatan
sangat berguna dan sehat. Kulit ketiga lebih keras dan lebih mirip kayu
daripada yang pertama, dan seperti Arcon, yakni lebih hitam, yang jika dibuka
akan memperlihatkan buah Pala di dalamnya.
Jika buah
sudah masak, dan jika kulit pertama mengelupas, maka bunga Pala itu berwarna
merah cerah dan jika buahnya kering, Bunga Pala pun berubah warna menjadi
kuning emas.
Ada dua enis
Pala, satu panjang, pala jantan namanya, lainnya bulat, lebih baik mutunya dan
lebih keras.
Buah Pala
menenangkan otak, menajamkan daya ingat, menghangatkan dan menguatkan
tenggorokan, mengusir angin dari tubuh, menyegarkan nafas, melancarkan kencing,
menghentikan mencret-mencret? dan akhirnya buah pala juga baik untuk sakit di
kepala, di tenggorokan dan pada luka-luka.
Minyaknya
lebih baik dari pada bagian yang lain, bagi semua penyakit yang telah
disebutkan di atas.
Bunga pala
terutama baik untuk salesma dan untuk pria yang lemah, bunga pala baik untuk
pencernaan daging, menghilangkan rasa marah dan meudahkan buang angin.
Pala tumbuh
pada pohon seperti pohon “Bay” baik dalam bentuk maupun jumlahnya, hanya saja
daunnya tidak serindang pohon “Almond” atau pohon “Willows”.
Pohon
cengkeh banyak dahannya dan bunganya tidak sedikit, yang kemudian menadi
buah-buah yang dinamakan “Cloves” karena bentuknya mirip “Claws” atau cakar.
Cengkeh
tumbuh seperti bunga “Mirtle” pada dahan yang paling ujung. Cengkeh banyak
digunakan baik untuk memasak daging maupun untuk meramu obat……. Cengkeh
emperkuat Hati, Tenggorokan, Jantung, melancarkan perncernaan, cengkeh
emudahkan keluarnya kencing, dan menghentikan mencret-mencret dan bila ditaruh
di ata, dapat emelihara penglihatan. dan empat dram yang diminum dengan susu,
akan mendatangkan gairah.
(Linschoten,
selain menjadi pelaut biasa juga menyelidiki peta navigasi dan jalur pelayaran
Portugis – hal yang sangat berharga bagi negaranya di kemudian hari – Belanda.)
Dengan
penggambaran seperti itu, dan pemasaran rempah-rempah yang nilainya selangit di
Eropa, maka berbondong-bondong Spanyol, Inggris dan akhirnya Belanda (melalui
VOC) datang menyusuri pantai Nusantara sambil menyusun strategi untuk menguasai
Spices of Islands.
Namun,
Portugislah yang beruntung dalam kompetisi ini. Setelah d’Abreu kembali ke
Malaka dengan membawa banyak dagangan rempah, ekspedisi berikutnya
diberangkatkan menuju Maluku. Dipimpin oleh Kapten Francisco Serrao, Portugis
untuk pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Ternate.
Disambut
oleh Sultan Bolief, Serrao bahkan diangkat menjadi penasehat pribadi Raja, dia
dan rekan-rekannya diadikan sebagai warga kehormatan istana kerajaan.
Tahun 1513.
Armada dagang Portugis tiba di Ternate, di bawah pimpinan Kapten Antonio de
Miranda de Azevado. Mereka membuka pos dagang pertama di Ternate dan sebuah pos
kecil di Bacan.
Maka
muncullah istilah “Abad Portugis” yang dimulai sejak 1512 M hingga akhir abad.
Kepulauaan Maluku menjadi terkenal ke seluruh Eropa dan Asia.
Patut
diperhatikan, bahwa yang disebut Maluku pada Abad-16 adalah 5 buah pulau kecil
yang terdiri atas P. Ternate, P. Tidore, P. Motir, P. Makian dan P. Bacan.
Pusat peradaban Maluku adalah Ternate dan Tidore bukan Ambon atau Banda.